Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) kian gencar menjual agunan untuk kredit yang sudah bermasalah. Sampai dengan kuartal II 2024, recovery aset bermasalah paling banyak berasal dilakukan dengan cara lelang, penyelesaian damai dan penagihan.
Agus Sudiarto, Direktur Manajemen Risiko BRI mengatakan, aset yang telah diselesaikan didominasi berasal dari fixed asset. Penjualan aset bermasalah yang diterapkan perseroan untuk mengoptimalkan pendapatan recovery.
"Penjualan aset bermasalah melalui parate lelang eksekusi sampai dengan akhir Juni 2024 tercatat sebesar Rp1,4 triliun," ujar Agus kepada kontan.co.id, Rabu (4/7).
Ada beberapa skema penjualan yang dilakukan. Pertama melalui skema parate eksekusi, yaitu lelang Hak Tanggungan atau fiducia melalui KPKNL. Kedua, dilakukan melalui penyelesaian damai, yaitu jual beli antara debitur dan calon pembeli aset agunan bermasalah sesuai ketentuan.
Ketiga, perseroan juga menerapkan skema melalui fiat eksekusi, yaitu lelang yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri dan KPKNL setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terakhir, BRI menerapkan skema penjualan piutang atau cessie, yaitu dengan pengalihan piutang dari kreditur lama kepada kreditur baru.
Baca Juga: Sejumlah Bank Gencar Jual Aset Bermasalah
Berkat berbagai strategi tersebut, hingga akhir kuartal kedua 2024, realisasi recovery BRI tumbuh signifikan yaitu secara tahunan atau year-on-year (yoy) tumbuh 46,21%. BRI pun optimistis melalui penjualan aset, dapat berdampak positif terhadap upaya BRI dalam menjaga rasio NPL.
"BRI optimistis dapat mencapai target pendapatan recovery dan mampu menjaga kualitas kredit dengan baik," ucapnya.
Jika dilihat dari laporan keuangan perseroan, hingga kuartal I-2024 BRI telah mengantongi pendapatan non bunga dari recovery aset sebesar Rp 4,16 triliun, naik 42,7% secara tahunan (year on year/YoY) dari periode sama tahun lalu Rp 2,92 triliun. Adapun total write off mencapai Rp 10,4 triliun, turun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 34 triliun.
Sejalan dengan itu, rasio NPL BRI terkendali di kisaran 3,11% per Maret 2024, dengan rasio loan at risk (LAR) yang membaik, dari 16,39% pada kuartal I-2023, menjadi 12,70% pada kuartal I 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News