Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
Edy mengaku tengah mempersiapkan beberapa produk baru yang segera diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan akan asuransi yang kian tinggi. Lantaran ia melihat potensi asuransi tahun masih ada walaupun ada kecenderungan menurun akibat lemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan krisis ekonomi akibat pandemi.
“Kreativitas tentu dibutuhkan untuk memitigasi hal ini dengan memberikan kemudahan akses dan keringanan dalam metode pembayaran, juga memberikan proteksi pasti dengan premi terjangkau. Kesadaran masyarakat semakin tinggi karena butuh proteksi namun di sisi lain ada kesulitan ekonomi yang sedang dihadapi ini harus tetap diberikan solusi,” pungkas Edy.
Asal tahu saja, Data Otoritas Jasa Keuangan mencatatkan hingga Maret 2020, industri asuransi jiwa mengalami kerugian hingga Rp 884,86 miliar. Nilai itu semakin dalam dibandingkan Maret 2019 yang hanya merugi Rp 431,15 miliar.
Baca Juga: Ada insentif pajak, asuransi umum berharap bisa perbaiki cash flow
Merujuk data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pendapatan premi industri asuransi jiwa turun 4,9% yoy dari Rp 46,4 triliun menjadi Rp 44,11 triliun hingga Maret 2020. Sedangkan hasil investasi turun hingga 450,8% yoy menjadi rugi 47,05 triliun.
“Terkait dengan hasil investasi industri asuransi jiwa sebagai suatu bisnis jangka panjang, terdapat penurunan hasil investasi pada Kuartal I Tahun 2020 yang dikarenakan kondisi pasar modal Indonesia setelah kondisi pandemi global Covid-19.
Dampaknya, industri asuransi jiwa, yang berhubungan erat dengan pasar modal, ikut terpengaruh. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG telah terkoreksi 27,8% sejak awal tahun hingga Maret 2020,” terang Budi Tampubolon, Ketua Dewan Pengurus AAJI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News