Reporter: Dessy Rosalina, Nina Dwiantika | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Aturan Bank Indonesia (BI) soal batas minimum kredit ke kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebesar 20% dari total pinjaman, mendorong bank membesar porsi segmen UMKM. Salah satu caranya melalui sistem channeling atau penerusan.
Sebut saja Bank Bukopin dan Bank CIMB Niaga. General Manager Bisnis Mikro Bukopin, Setiawan Sudarmadji, mengatakan tahun ini Bukopin bakal mengucurkan kredit mikro sekitar Rp 4,4 triliun, melonjak 76% dibandingkan realisasi 2012 sebanyak Rp 2,5 triliun. "Sebanyak 90% atau Rp 4 triliun disalurkan via channeling, kerjasama dengan koperasi," ujarnya.
Saat ini ada 610 koperasi yang menjadi mitra kredit mikro Bukopin. Kucuran kredit mikro lewat koperasi mencapai 95% dari total mitra channeling. Sisanya, Bukopin menggandeng puluhan bank perkreditan rakyat (BPR).
Selama ini, plafon kredit mikro Bukopin antara Rp 1 miliar - Rp 1 triliun. Rata-rata kredit senilai Rp 4 miliar hingga Rp 5 miliar. "Fokus kami selama ini kredit sektor pertanian," terang Setiawan.
Agar meningkatkan penyaluran kredit mikro, Bukopin menggandeng pemerintah daerah Sumbawa Barat untuk budidaya serat sisal. "Akhir April nanti kami akan kerjasama untuk kredit pertanian di Sumbawa Barat. Potensinya sekitar 500 hektare atau setara Rp 10 miliar," ujar dia. Hingga akhir kuartal I-2013, kredit mikro Bukopin menjadi Rp 3 triliun dari akhir tahun 2012 senilai Rp 2,5 triliun.
CIMB Niaga juga menempuh cara relatif sama. Tahun ini, bank tersebut membidik penyaluran kredit mikro sebesar Rp 4 triliun, dari posisi tahun lalu Rp 2 triliun. "Kami menyalurkan kredit mikro dengan cara blusukan, kata Direktur Komersial dan Syariah CIMB Niaga, Handoyo Soebali. Bank milik investor Malaysia ini menggunakan strategi channeling ke BPR, koperasi dan bank pembangunan daerah (BPD).
CIMB Niaga menggelontorkan kredit Rp 500 miliar - Rp 1 triliun per tahun melalui BPR. Satu BPR rata-rata menerima Rp 2 miliar sampai Rp 100 miliar. Menurutnya, semakin sehat BPR, semakin besar nilai kredit yang dibiayai. "BPR paling besar penyerapannya di Jawa dan Sumatera," tambahnya. Saat ini sudah ada 400 BPR yang menerima pinjaman dari CIMB Niaga.
Sedangkan kredit channeling ke BPD, rata-rata pinjaman sebesar Rp 600 miliar - Rp 700 miliar untuk lima BPD. "Pembiayaan ke BPD itu melihat kondsi likuiditas mereka, misalnya jika banjir likuiditas, kredit tidak akan ditarik, tapi kalau likuiditas kering, mereka akan getol mencari pinjaman" ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News