kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Grab merapat ke OVO, bagaimana peta bisnis dompet digital di Indonesia?


Selasa, 05 Oktober 2021 / 15:19 WIB
Grab merapat ke OVO, bagaimana peta bisnis dompet digital di Indonesia?
ILUSTRASI. Dompet digital OVO.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar pembelian saham OVO oleh perusahaan ride-hailing dan pembayaran Asia Tenggara, Grab, sebanyak 90% dari Lippo Group dan Tokopedia akan mengubah peta bisnis  ekosistem pemain dompet digital di Indonesia.

Asal tahu saja, pembelian saham OVO oleh Grab saat ini sedang terkendala peraturan BI Nomor 22/23/PBI/2020 tentang Sistem Pembayaran yang mewajibkan komposisi kepemilikan saham paling sedikit 15% wajib dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI) dan atau badan hukum Indonesia. Oleh karenanya, Grab wajib menjual saham OVO setidaknya 5% kepada investor lokal.

Ketika teka-teki terkait siapa investor lokal yang dituju, nama Bukalapak melalui induknya Emtek Group mencuat mengingat hubungan mereka dengan Grab sedang dekat setelah menjalin kemitraan strategis sejak Juli lalu. 

Masuknya Bukalapak pun dinilai bisa menggantikan posisi Tokopedia yang selama ini menggunakan OVO sebagai salah satu metode pembayarannya.

Dikonfirmasi terkait hal tersebut, baik Bukalapak maupun Emtek menolak menanggapi rumor tersebut. “Mohon maaf, untuk sekarang kami belum bisa berkomentar,” ujar Corporate Communication Emtek Group Beverly Gunawan kepada KONTAN, Selasa (5/10).

Baca Juga: Grab-Ovo Mencari Investor Baru Pengganti Tokopedia

Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit bilang, saat ini pihaknya belum bisa menyampaikan investor lokal mana yang akan dituju. Ia menambahkan OVO akan patuh terhadap regulasi yang ada merujuk peraturan Bank Indonesia tersebut.

“OVO senantiasa patuh dengan peraturan yang ada sehingga untuk hal ini kita berkoordinasi dengan regulator,” ujar Harumi.

Selain itu, Harumi menambahkan OVO juga tetap berkomitmen untuk tetap hadir di ekosistem Tokopedia dan Lippo Group sebagai salah satu metode pembayaran. 

Sebelumnya, Harumi juga pernah bilang bahwa OVO menjalankan strategi ekosistem terbuka yang mengedepankan kolaborasi untuk mendorong inklusi keuangan.

“OVO merupakan bagian dari ekosistem digital terbuka terbesar di Indonesia, selama ini banyak menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan ternama termasuk Grab, Blibli, Lazada, Zalora dan juga Bukalapak yang sudah lama berkolaborasi dengan OVO,” ungkapnya.

Hingga Mei 2021, berdasarkan laporan Momentum Works yang bertajuk Blooming Ecommerce in Indonesia menyebutkan bahwa OVO memiliki 20,8 juta pengguna aktif bulanan.

Di sisi lain, menanggapi kabar merger tersebut, Tokopedia melalui GoTo memberikan pernyataan bahwa rencana tersebut sudah direncanakan sejak beberapa waktu lalu. Adapun, langkah tersebut diambil agar pihaknya fokus memperdalam Gopay.

“Ini memberikan kesempatan bagi kami untuk fokus memperdalam strategi GoPay dalam memimpin pasar yang akan memperluas dan memperkuat ekosistem GoTo Finansial,” ujar Corporate Affairs GoTo Nila Marita kepada Kontan.co.id, Selasa (5/10).

Diberitakan sebelumnya, GoPay sedang meningkatkan penetrasi layanan keuangan digital baik untuk mitra UMKM dan konsumen di seluruh Indonesia dengan menggandeng seluruh ekosistem GoTo. Mereka juga bekerja sama dengan ekosistem GoTo Finansial untuk memastikan rekan usaha, terutama mitra UMKM bisa beradaptasi dan bertumbuh lewat transaksi nontunai.

Sepanjang 2020, jumlah mitra usaha GoTo Financial meningkat hingga tiga kali lipat jika dibandingkan sebelum pandemi. Total transaksi juga meningkat hingga hampir enam kali lipat.

Selain OVO dan GoPay, ada pula ShopeePay yang memiliki ekosistem e-commercenya sendiri lewat Shopee yang merupakan bagian dari Sea Group. 

Cindy Candiawan, Head of Campaigns and Growth Marketing ShopeePay bilang, saat ini pihaknya memperluas kerjasama dengan berbagai industri sehingga bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk segala jenis keperluan.

“Kami telah menjalin kerjasama dengan Google Play, KAI Service, DAMRI, Indomaret dan ratusan ribu merchant lainnya untuk mendorong penetrasi penggunaan uang digital di Indonesia,” ungkapnya.

Hingga akhir 2020 lalu, ShopeePay memiliki 10 juta pengguna yang membayar bulanan, dengan 45% pesanan Shopee di Indonesia dibayar menggunakan ShopeePay.

Selanjutnya: Grab akan kuasai 90% saham OVO, begini nasib kelanjutan bisnis dengan Tokopedia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×