Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA.PT Bank MNC Internasional Tbk dalam keterbukaannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu mengumumkan akan melakukan rights issue sebesar Rp 489,6 miliar. Penjualan saham baru ini utamanya digunakan untuk meningkatkan permodalan dan mendorong penyaluran kredit.
Lewat aksi korporasi ini, Bank MNC akan menerbitkan 4,9 miliar saham atau 22,22% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Pun, nilai penawaran rights issue ini yakni Rp 100 per saham.
Harga penawaran tersebut hampir dua kali lipat dari harga saham perseroan saat ini. Asal tahu saja, per Selasa (17/4) harga saham perseroan ditutup senilai Rp 52 per lembar saham.
Mengenai perbedaan harga tersebut, Direktur Utama Bank MNC Benny Purnomo pun angkat bicara. Menurutnya, secara aturan hal tersebut diperbolehkan dan sejauh ini tidak ada masalah.
Adapun mengenai besarnya harga penawaran saham saat rights issue, Benny menuturkan sepanjang calon pembeli atau bersedia membeli maka sangat dimungkinkan untuk diserap.
"Sepanjang ada yang mau beli kenapa tidak? Memang harga sebenarnya Rp 52 tapi dijualnya Rp 100. Kalau ada yang mau beli kan boleh-boleh saja," ujar Benny saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/4).
Adapun, pihaknya menjelaskan penambahan modal lewat rights issue ini baru akan mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Mei 2018 mendatang. Artinya, bila seluruhnya berjalan mulus maka dana tersebut sudah akan dapat masuk ke Bank MNC pada bulan Juni 2018 mendatang.
Benny mengungkap, pihaknnya menarget dana dari aksi korporasi tersebut sebesar Rp 400 miliar hingga Rp 450 miliar. Menurutnya, jika target itu terpenuhi maka modal inti perseroan akan berada di posisi Rp 1,5 triliun.
Bank bersandi emiten BABP ini menyebutkan, jumlah modal tersebut akan cukup untuk menopang target tahun ini. Antara lain, pertumbuhan kredit 12% sampai 15% dan dana pihak ketiga (DPK) 8% sampai 10%.
Pun, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akan dijaga di bawah 3% akhir tahun ini.
"Untuk CAR (capital adequacy ratio) kami akan jaga di angka 17% sampai 18%. Jauh di atas dari yang disyaratkan oleh OJK," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News