Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal merevisi aturan main terkait penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Sumber Daya Alam (SDA) mulai 1 Januari 2026. Salah satu poinnya, penempatan tersebut wajib ditempatkan di bank-bank milik Danantara atau kerap dikenal juga sebagai bank Himbara.
Sebelumnya, penempatan DHE SDA ini tidak hanya ditempatkan di bank Himbara tapi juga di bank swasta yang memang memiliki layanan valuta asing (valas). Artinya, ada kemungkinan likuiditas valas yang dimiliki oleh bank-bank swasta tersebut berkurang dan sebaliknya bank Himbara akan kelebihan likuiditas valas.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, dampak langsung yang terjadi pada bank swasta dari kewajiban penempatan DHE SDA hanya di Himbara adalah berkurangnya salah satu sumber dana valuta asing yang murah dan relatif stabil. Terlebih, bagi bank swasta yang basis nasabahnya banyak eksportir SDA.
Baca Juga: Aturan Baru DHE SDA Berpengaruh ke Simpanan Valas Bank, Tapi Itu Belum Cukup
Sebaliknya, Josua melihat untuk bank swasta yang basis pendanaan valasnya lebih banyak berasal dari perusahaan multinasional non-sumber daya atau dari jaringan global grup perbankan, kehilangan dana DHE SDA kemungkinan hanya berdampak pada margin, bukan pada kemampuan menyalurkan pembiayaan valuta asing secara keseluruhan.
Memang, ia memastikan bank swasta masih bisa mengakses dana tersebut melalui pasar antarbank, repo atas SBN valas, atau kerja sama pengelolaan kas dengan bank Himbara, tetapi harga dana hampir pasti lebih tinggi dibandingkan bila mereka memegang langsung simpanan DHE dari nasabah.
"Pilihan rasional mereka adalah lebih selektif dalam penyaluran kredit valuta asing, menaikkan harga kredit valuta asing, atau sekaligus mengalihkan fokus ke pembiayaan rupiah bagi nasabah yang tidak memiliki pendapatan valuta asing yang kuat,” ujar Josua.
Di sisi lain, Josua bilang jika penempatan DHE SDA hanya terpusat di bank himbara tentu tak selalu berdampak positif. Pasalnya, pelonggaran likuiditas tersebut perlu diimbangi dengan permintaan kredit dalam bentuk valas juga.
Josua menjelaskan sebagian eksportir SDA memang membutuhkan fasilitas kredit valuta asing, namun banyak pelaku usaha besar di sektor ini juga memiliki akses pinjaman langsung dari luar negeri atau melalui pasar surat utang internasional. Selain itu, perusahaan yang DHE-nya besar sering kali memiliki kecenderungan lebih kuat untuk menggunakan dana internal daripada menambah utang valuta asing baru, terutama ketika prospek harga komoditas berfluktuasi.
“Artinya, laju pertumbuhan kredit valuta asing di Himbara mungkin akan meningkat, tetapi tidak otomatis sebanding dengan tambahan dana DHE yang mereka terima,” jelasnya.
Baca Juga: Kredit Bank Mandiri Region VI Jawa Barat naik 14,7% hingga September 2025
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengungkapkan pihaknya tentu bakal menghormati semua keputusan pemerintah. Di mana, ia percaya kebijakan tersebut telah dipikirkan secara matang.
Toh, ia bilang saat ini kontribusi penempatan DHE SDA di Maybank juga masih tergolong kecil. Menurut Steffano, selama ini penempatan dana tersebut juga sudah banyak terpusat di bank himbara sehingga tak akan berdampak signifikan bagi bank swasta.
“Porsi foreign currency deposit di Maybank hanya sekitar 30% dan dengan perubahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas. Sampai saat ini juga masih sedikit rekening DHE yang kami miliki jadi dampaknya akan sangat minimal,” jelas Steffano.
Di sisi lain, Steffano juga menegaskan saat ini memang fokus Maybank lebih kepada pembiayaan kredit di mata uang rupiah. Apabila memang ada pembiayaan dalam mata uang USD, ia memastikan Maybank tetap bisa melakukan currency swap dari rupiah.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang pihaknya akan mencermati rencana revisi peraturan pemerintah terkait DHE SDA. Pada prinsipnya, ia menegaskan BCA akan selaras dengan kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan.
Hera pun memastikan saat ini BCA memiliki likuiditas valas yang memadai. Tentunya ini didukung oleh berbagai sumber, baik berasal dari individu, ritel, korporasi, maupun rekening khusus DHE. “Porsi DHE relatif rendah dibandingkan sumber-sumber lainnya,” ujar Hera.
Baca Juga: Bank Raya (AGRO) Pacu Pertumbuhan Lewat Ekspansi Digital dan Penguatan Dana Murah
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BSI Wisnu Sunandar mengaku belum mendapat info mengenai perubahan kedua atas PP 36/2023 tentang DHE SDA. Sebagai bank yang terafiliasi dengan pemerintah, Wisnu memastikan siap mendukung jika benar terdapat perubahan kebijakan.
“Harapan kami hal ini berpotensi menambah likuiditas valas khususnya USD di pasar domestik, sehingga menambah kedalaman pasar,” ujar Wisnu.
Saat ini, Wisnu menjelaskan likuiditas valas yang ada di BSI disalurkan ke pembiayaan valas dan investasi lain dengan tetap mengedepankan sisi kualitas dan manajemen risiko. Di mana, porsi DHE SDA valas di BSI saat ini di bawah 1% dari likuiditas valas yang ada.
Selanjutnya: Perkuat Fondasi Bisnis untuk Tingkatkan Kualitas Layanan, Begini Strategi Askrindo
Menarik Dibaca: Gangguan Mental Meningkat, Pahami Ciri-cirinya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













