Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja hasil investasi industri asuransi jiwa mulai menunjukkan perbaikan di kuartal I-2019 setelah tahun lalu sempat tertekan. Perbaikan ini dipengaruhi penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal tahun.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Maret 2019, hasil investasi asuransi jiwa tembus Rp 10 triliun. Padahal Maret tahun sebelumnya, hasil investasi industri sempat minus Rp 1,79 triliun.
Sementara total investasi industri asuransi jiwa sebesar Rp 474,04 triliun, naik 5,20% secara year on year (yoy). Jika dilihat dari portofolio investasi, instrumen reksadana masih mendominasi dengan porsi 36,23% dari total investasi. Menyusul saham dengan porsi 30,49%, Surat Berharga Negara (SBN) 13,96%, deposito 7,27% dan obligasi korporasi dengan porsi 5,62%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menjelaskan perbaikan hasil investasi ini karena kondisi pasar modal yang menguat di kuartal I-2019. Kala itu, pergerakan IHSG berada di posisi 6.000-an.
“Instrumen investasi yang tahun lalu nilainya turun sekarang naik kembali. Ini pastinya terkait dengan situasi pasar modal yang mulai bagus,” kata Togar kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5).
Dengan capaian itu, pihaknya optimistis kinerja hasil investasi akan menguat sampai akhir tahun. Asalkan kondisi keamanan dalam negeri terkendali dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) – China bisa segera mereda.
Togar mengatakan, peningkatan hasil investasi akan mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Jika kondisi keuangan perusahaan sehat, maka kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi naik. Mereka akhirnya mau membeli produk asuransi.
PT FWD Life Indonesia optimistis mencatatkan kinerja hasil investasi terbaik tahun ini. Wakil Direktur Utama FWD Life Indonesia Rudi Kamdani menargetkan hasil investasi perusahaan bisa tumbuh minimal 15%.
Strategi investasi perusahaan cenderung moderat dengan mengombinasikan investasi pada portofolio deposito dan obligasi pemerintah. Menurutnya, kondisi pasar obligasi yang membaik membuat potensi return yang diterima diperkirakan juga terkerek.
“Untuk dana pemegang polis, tergantung pilihan dari pemegang polis seperti produk unitlink. Biasanya mereka akan memilih saham karena diprediksi menghasilkan kinerja yang bagus di tahun 2019,” imbuh Rudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News