Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya menghadirkan inovasi dan strategi edukasi keuangan yang efektif dan berkelanjutan. Salah satunya melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, program tersebut melibatkan seluruh pelaku jasa keuangan. Berdasarkan data per Oktober tahun ini, melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan, sudah dilaksanakan 42.121 program edukasi dan literasi yang telah menjangkau lebih dari 200 juta peserta atau viewers di seluruh Indonesia.
“Ini memerlukan orkestrasi dan juga sinergi dan kolaborasi yang terus menerus antara seluruh pemangku kepentingan,” ujar Friderica, dalam keterangannya, Sabtu (15/11).
Friderica juga mengingatkan masyarakat terkait pentingnya literasi keuangan agar dapat mengelola keuangan secara bijak, tangguh, dan juga berkelanjutan.
\OJK berharap semakin banyak generasi muda yang mampu merencanakan masa depan finansial dengan lebih baik. Sehingga tidak lagi trial and error, tetapi penuh kendali dan arah yang jelas menuju masa depan yang sejahtera.
Friderica mengungkapkan, ada banyak tantangan yang dihadapi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Saat ini, kata dia, masih banyak masyarakat yang terkena scam (segala bentuk penipuan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak jujur dari korban, seperti uang, data pribadi, atau barang).
Baca Juga: Bahu Membahu Memberantas Scam Keuangan Digital
Berdasarkan data Indonesia Anti-Scam Center per November tahun ini, data kerugian masyarakat yang dilaporkan kepada Indonesia Anti-Scam Center sudah mencapai Rp 7,3 triliun. Termasuk lebih dari 323.000 laporan masyarakat.
"Kalau kita melihat perbandingan dengan negara-negara lain di Anti-Scam Center negara lain, mereka satu hari bisa menerima 150-200 laporan. Di kita, sehari kita bisa terima 800-1000 laporan masyarakat yang terkena scam,” kata Friderica.
Ada sejumlah modus yang dilakukan. Antara lain penipuan transaksi belanja yang jumlahnya lebih dari 58.000 laporan dengan kerugian lebih dari Rp1 triliun.
Modus lain yaitu fake call. Mereka berpura-pura menjadi teman kita, saudara kita, berpura-pura mengalami kecelakaan dan lain-lain yang kemudian meminta, yang tidak memberikan kesempatan kepada orang untuk berpikir secara rasional begitu, karena panik dan sebagainya. Kemudian langsung mentransfer sejumlah uang yang mereka minta.
"Yang ketiga adalah penipuan investasi, ini juga hati-hati. Anak muda sekarang hype dengan, oh yuk berinvestasi dan lain-lain dan sebagainya, tapi alih-alih investasi, ternyata mereka malah masuk kepada investasi bodong,” ungkap Friderica.
Masyarakat juga harus semakin waspada, harus mampu membentengi dirinya sendiri agar tidak terjebak ke dalam jebakan seperti scam atau investasi bodong.
Selanjutnya: Skrining Dini Kanker Payudara Selamatkan Nyawa Perempuan Indonesia
Menarik Dibaca: Hasil Kumamoto Masters 2025, Gregoria Mariska Tunjung Kembali Mencapai Laga Puncak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













