kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Hingga November, rata-rata imbal unitlink saham masih berada di zona merah


Minggu, 15 Desember 2019 / 15:12 WIB
Hingga November, rata-rata imbal unitlink saham masih berada di zona merah
ILUSTRASI. Ilustrasi tentang unitlink. Merujuk data Infovesta Utama, imbal hasil unitlink berbasis saham hingga November 2019 rata-rata minus 1,98%. KONTAN/Muradi/02/02/2010


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja unitlink berbasis saham mencatatkan imbal hasil yang negatif periode November 2019 secara year to date (ytd). Merujuk data Infovesta Utama, imbal hasil unitlink berbasis saham berada di angka rata-rata minus 1,98%. 

Hasil tersebut berasal dari 48 produk unitlink dengan imbal hasil positif, dan 142 produk unitlink catatkan imbal hasil negatif.

Baca Juga: OJK sudah siapkan rancangan aturan soal waran terstruktur, begini isinya

Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, kinerja negatif unitlink saham ini didorong beberapa sebab. Terutama mengikuti kondisi indeks saham utama.

"Unitlink saham minus di bulan November karena pasar saham sedang tidak bagus adapun equity anjlok sekitar 3%. Penurunan juga diikuti dengan kondisi Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang minus 3,3%. LQ45 juga turun di sekitar 2%," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (15/12).

"Sejalan juga dengan kondisi market yang sedang tidak pasti, di bulan November investor asing mencatat jual bersih atau net sell di angka Rp 6,9 triliun di tengah isu perang dagang Amerika dan China hingga saat ini masih digantung," lanjut dia. 

Selain itu, dia bilang sentimen internal dan eksternal juga sedang tidak mendukung. Dari internal, pertumbuhan ekonomi makro melesu dan kondisi neraca dagang juga belum menunjukkan perbaikan secara signifikan. 

Baca Juga: Setelah reksadana dan asuransi, Tanamduit akan menggarap bisnis jual beli emas

"Persepsi pasar juga melihat masalah terjadi di reksadana yang sempat anjlok hingga puluhan persen dalam dua hari. Akhirnya para investor memilih wait and see dengan pasar saham yang bergejolak," jelas Praska.

Menurut Praska, unitlink saham memang terpengaruh oleh kondisi pasar. Jika kondisi pasar lagi bagus, otomatis produk unitlink yang berinvestasi di SBN baik di pasar saham dan obligasi kena imbasnya.



TERBARU

[X]
×