Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.
BOGOR. Dalam empat tahun ke depan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah membutuhkan 10.000 sumber daya manusia (SDM) baru, atau sekitar 2.500 orang pertahun. Direktur Utama BRI Syariah Ventje Rahardjo mengatakan, kebutuhan SDM tersebut untuk mengantisipasi rencana ekspansi.
“Kami butuh SDM untuk semua jenjang jabatan,” kata Ventje di kampus Institut Pertanian Bogor, Rabu (5/5). Tahun ini BRI Syariah berencana membuka 30 cabang baru. Perinciannya, 25 kantor cabang pembantu dan lima kantor cabang.
Setiap pembukaan satu cabang, bank syariah umumnya merekrut 20 hingga 25 orang pegawai untuk mengisi posisi yang ada. Artinya, tahun ini, BRI Syariah membutuhkan antara 600 sampai 750 tenaga kerja.
Itu hanya untuk operasional bank, belum termasuk bisnis sampingan. Misalnya kantor cabang tersebut juga mendistribusikan produk asuransi syariah, kebutuhan SDM itu bisa bertambah lagi.
Tingginya kebutuhan SDM tentu tak hanya terjadi di BRI Syariah. Pelaku industri syariah lain juga menghadapi tantangan serupa.
Bank Danamon Syariah misalnya. Anak usaha Bank Danamon ini berencana membuka 50 kantor cabang. Total kebutuhan pegawai barunya mencapai 250 orang.
Dari jumlah tersebut, Danamon Syariah hanya mampu menyiapkan 100 orang. Mereka para fresh graduate yang belum mendalami bisnis syariah yang dididik perusahaan. Sisanya, mereka merekrut SDM berpengalaman.
Menurut Ventje, SDM merupakan salah satu hambatan utama industri perbankan syariah. Jika ini tidak diatasi, sulit berharap industri ini bisa tumbuh pesat. “Hambatan lain masih berkutat di terbatasnya produk, dukungan pemerintah dan kurangnya pemahaman masyarakat akan produk syariah,” katanya.
Direktur Bank Danamon Syariah Herry Hykmanto, sepakat dengan Ventje. Menurutnya, jika persoalan SDM tak bisa dicarikan solusi, aksi bajak membajak bankir syariah bakal kembali sengit.
Herry menilai, praktik merugikan itu bisa dihindari. Caranya, tiap bank harus punya program pengembangan SDM yang berkesinambungan.
Program ini harus mereka masukkan dalam rencana bisnis bank yang rutin diserahkan ke Bank Indonesia (BI). Jika bank konsisten mendidik SDM, praktik bedol bankir bisa diminimalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News