CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.343.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.729   -36,00   -0,21%
  • IDX 8.407   44,65   0,53%
  • KOMPAS100 1.165   5,83   0,50%
  • LQ45 849   5,46   0,65%
  • ISSI 293   1,52   0,52%
  • IDX30 443   2,43   0,55%
  • IDXHIDIV20 514   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,83   0,64%
  • IDXV30 136   0,12   0,09%
  • IDXQ30 142   1,06   0,76%

IFC ingin bentuk tim percepat penggunaan e-money


Rabu, 18 Desember 2013 / 23:45 WIB
IFC ingin bentuk tim percepat penggunaan e-money
ILUSTRASI. 2 Cara Mengubah Nama Link Google Form Agar Mudah Diingat. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/26/10/2017


Reporter: Issa Almawadi | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Transaksi ritel di Indonesia masih didominasi penggunaan uang tunai. Karena itu, International Finance Corporation (IFC) berencana menjadi koordinator dan katalisator penggunaan uang elektronik alias e-money di industri perdagangan ritel tradisional.

Menurut rencana, tahun depan, lembaga keuangan yang menjadi anggota grup Bank Dunia ini akan membentuk kelompok kerjasama , yang  melibatkan  industri perbankan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan penyedia jasa e-money,seperti industri telekomunikasi. Rencana IFC ini tak lepas dari penelitian tentang perilaku keuangan dan manajemen peritel mikro dan kecil yang digelar Spire Research & Consulting bekerjasama dengan  IFC dan e-MITRA.

Hasil proyek yang didanai US Internasional Agency for International Development (USAID) itu menyimpulkan terjadi kesenjangan digital antara pedagang tradisional dan distributor lantaran penggunaan uang tunai dalam bertransaksi masih besar.

Ahmad Budiman, Project Consultant IFC, mengatakan penelitian tersebut juga menunjukkan masih banyak peritel tradisional belum memiliki rekening bank. IFCjuga melakukan survei terhadap 800 peritel kecil dan mikro di delapan kota besar. Hasilnya, hanya 1% responden menggunakan pembayaran elektronik kepada distributor dan hanya 31% memiliki rekening bank. "Alasannya, letak bank jauh dari rumah dan mereka tidak suka mengantre di bank," kata Budiman.

Program layanan e-money IFC ini  akan menyasar 2,5 juta peritel tradisional. Berdasarkan laporan Business Monitor Information (BMI) pada kuartal I 2013, sekitar 80% transaksi ritel masih berasal dari peritel tradisional dengan nilai sekitar US$ 137 miliar.

Ivan Mortimer-Schutts, East Asia and Pacific Regional Advisor for Payments and Retail Banking IFC,  mengatakan IFC akan mempercepat proses kerjasama antarbank dan menjadi penengah untuk  merealisasikan penggunaan e-money secara cepat. Ia menargetkan, kelompok kerja akan terbentuk tahun depan. "Ini sudah kami bicarakan dengan regulator terkait," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×