Reporter: Andri Indradie | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. International Finance Corporation (IFC), berniat melakukan investasi senilai US$ 400 juta per tahun di Indonesia. Pendanaan ini untuk mewujudkan tiga program utama IFC di negeri ini selama lima tahun ke depan.
"Tiga program utama IFC itu adalah mengurangi dampak perubahan iklim global, meningkatkan pendapatan penduduk di pedesaan, serta pemerataan penduduk," tutur Adam Sack, Country Manager IFC untuk Indonesia, Kamis (15/10).
Berdasarkan analisis IFC, kerusakan lingkungan di Indonesia merupakan yang terparah di Asia Tenggara. Indonesia juga menjadi penghasil karbondioksida terbesar ketiga di dunia. Untuk agenda pendapatan, survei IFC mengungkap, separuh dari 230 juta penduduk Indonesia hanya memiliki pendapatan US$ 2 per hari. Dan hanya 45% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke lembaga kredit.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, lengan Bank Dunia di sektor korporasi itu merancang program pembiayaan. IFC berharap pembiayaan senilai US$ 400 juta per tahun bisa mengurangi polusi sekaligus memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia.
IFC akan menyalurkan pembiayaan senilai US$ 400 juta itu ke beberapa lembaga perbankan. Selain menyuplai dana, mereka juga melakukan pendampingan langsung kepada penerima kredit.
Proyek IFC yang saat ini sudah berjalan adalah proyek efisiensi energi dan sistem resi gudang. Dalam proyek efisiensi energi, IFC membantu bank pemberi kredit proyek efisiensi energi melakukan penilaian risiko. Sementara sistem resi gudang memungkinkan petani memperoleh pinjaman dari bank dengan menjaminkan hasil pertaniannya.
IFC akan menggunakan perbankan untuk menyalurkan pinjaman ke para petani. Hingga kini, IFC sudah menyalurkan pinjaman ke dua bank yang spesialis di sektor mikro. Yakni, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang mendapat pinjaman US$ 70 juta, dan PT Bank Andara yang mengantongi kredit US$ 3,7 juta.
IFC juga menanamkan modal ke bank yang bersangkutan. "Setidaknya, kami akan berinvestasi sekitar 15%-20%. Namun kami tidak akan menjadi pemegang saham mayoritas. Saat ini, kami sedang menjajaki kerjasama dengan tiga bank lagi," ujar Adam.
Sepanjang tahun lalu, nilai investasi IFC di Indonesia mencapai US$ 968 juta. Perinciannya, sebanyak 42,3% dari total dana tersebut mengalir ke pasar uang. Lalu, agribisnis mendapat 15,8%, manufaktur (12,4%), pertambangan (9,9%), pembiayaan (4,2%), infrastruktur, teknologi (3,5%), serta kesehatan dan pendidikan (0,4%).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News