Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri dana pensiun berharap kondisi investasi di tahun ini bisa lebih baik. Sehingga imbal yang didapat pun bisa lebih cerah ketimbang tahun lalu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi menilai, potensi untuk mencatat return yang lebih besar masih terbuka. Di antaranya bisa terdorong dari kinerja pasar modal yang dinilai maish bisa tumbuh positif.
Meski begitu, ia menyebut mayoritas dana pensiun masih cenderung bersikap konservatif dalam mengelola investasinya. Sehingga meskipun bisa dapat imbal lebih besar, namun secara umum masih sulit untuk mencapai dua digit.
"Hasil pengembangan investasi mungkin masih akan berkisar diantara 7% sampai 9%," kata dia belum lama ini.
Pada akhir tahun kemarin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat imbal yang dikantongi dana pensiun mencapai 7,4%. Bila dirinci, imbal dari dana pensiun pemberi kerja yang menjalankan program manfaat pasti alias DPPK-PPMP menjadi yang tertinggi dengan mencetak imbal hasil 8%.
Di saat yang sama imbal hasil dari dana pensiun pemberi kerja yang menjalankan program iuran pasti (DPPK-PPIP) tercatat sebesar 7,1%. Di sisi lain, dana pensiun lembaga keuangan mendapatkan imbal paling kecil yakni sebesar 6,3%.
Sementara itu Dana Pensiun BRI juga masih cukup optimistis untuk bisa mencatatkan imbal hasil sebanyak dua digit di tahun ini. Direktur Utama Dapen BRI Mudjiharno Sudjono mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya.
Di antaranya dari sisi tren imbal sejumlah instrumen seperti deposito yang masih sulit diharapkan terlalu tinggi. Tapi di balik itu, ia menyebut tren penurunan bunga deposito biasanya sejalan dengan kenaikan kinerja di pasar modal.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi, pengelola dana pensiun maish akan memprioritaskan penempatan dana di instrumen yang lebih aman dan menguntungkan secara jangka panjang.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri dana pensiun mengelola dana investasi sebesar Rp 2554,48 triliun sampai akhir 2017 lalu. Dari dana sebesar itu, penempatan di surat utang menjadi yang terbesar, baik dari obligasi pemerintah maupun korporasi.
Porsi penempatan di surat berharga negara tercatat sebesar 22,9%. Sedangkan untuk surat utang korporasi mencapai 20,7%. Sementara itu, penempatan investasi dana pensiun di keranjang deposito mencapai 26,3%. Lalu porsi investasi saham dan reksa dana masing-masing sebesar 12,4% dan 6,2%.
Sebelumnya, Ketua Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Abdul Rachman mengakui saat ini portofolio investasi di DPLK masih didominasi instrumen deposito. Hal ini tak lepas pilihan peserta yang masih mencari tempat berinvestasi seaman mungkin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News