kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Modal Ventura Global Kena Demam Kripto, Bagaimana dengan di Indonesia?


Senin, 16 Mei 2022 / 12:36 WIB
Industri Modal Ventura Global Kena Demam Kripto, Bagaimana dengan di Indonesia?
ILUSTRASI. Modal Ventura


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demam mata uang kripto tampaknya telah menular ke banyak kalangan. Tak terkecuali, industri modal ventura secara global.

Seakan tak mau ketinggalan, investasi modal ventura global ke proyek kripto, yang di dalamnya termasuk platform atau aplikasi berbasis blockchain dari ekosistem web3, terus meningkat. Pada kuartal I-2022, nilai investasi ke sektor tersebut telah mencapai US$ 10 miliar.

Secara tahunan, nilai investasi pada proyek kripto pun meningkat. Misalnya, di tahun 2019 totalnya hanya US$ 3,7 miliar, di 2020 naik jadi US$ 5,5 miliar, terakhir di tahun 2021, nilainya melesat hingga US$ 28 miliar.

Di Indonesia sendiri, modal ventura yang mulai masuk ke sektor tersebut pun memang sudah ada. Namun, tampaknya belum banyak investasi yang digelontorkan pada sektor yang diramal bakal terus melambung di masa depan ini.

“Tidak banyak ya. Sudah ada yang memulai tapi tidak banyak,” ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro kepada KONTAN, belum lama ini.

Baca Juga: Investasi hingga ke Startup Asia Tenggara, East Ventures Raih Pendanaan US$ 550 Juta

Eddi menambahkan, belum banyaknya modal ventura yang masuk sektor ini lebih dikarenakan sektor blockchain ini memang dikarenakan jumlahnya yang belum banyak. Adapun, ia berpendapat modal ventura yang sudah masuk pun memiliki beberapa motif, salah satunya kemungkinan untuk memperkuat ekosistemnya.

Salah satu modal ventura yang saat ini mulai masuk ke proyek kripto dan sejenisnya ialah Cydonia Fund, bagian dari inisiasi IndoGen Capital dan Finch Asia. Mereka ini mengkhususkan diri untuk ekosistem web3 dan proyek-proyek blockchain.

“Bisa dibilang Indonesia saat ini experiencing fastest growth untuk crypto traders in the world,” ujar Chandra Firmanto General Partner Cydonia.

Chandra mengungkapkan bahwa pihaknya terus optimis tentang potensi ekosistem Web3 untuk memperluas akses masyarakat ke semua peluang yang lebih baik, mulai dari ekonomi hingga pendidikan. Namun, potensi itu tergantung pada kebijakan yang ada.

Saat ini, Cydonia sendiri telah memiliki 13 calon startup yang masuk dalam daftar prioritas untuk didanai. Beberapa di antara mereka adalah kandidat dari Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA), program kolaborasi Tokocrypto dan BRI Ventures.

Beberapa calon startup tersebut diantaranya adalah Avarik Saga, Nanovest, Duckie Land, dan SERMorpheus. Tak hanya pendanaan, mereka juga bakal mendapatkan pendampingan dari mentor untuk memenuhi kebutuhan startup blockchain dalam membangun jaringan.

“Pengumuman startup yang akan mendapatkan pendanaan dari Cydonia Fund akan diumumkan dalam waktu dekat,” imbuhnya.

Baca Juga: Ramai-ramai Modal Ventura Investasi di Proyek Kripto

Di sisi lain, ada beberapa startup yang belum mau melakukan investasi di infrastruktur kripto dan sejenisnya. Mandiri Capital Indonesia (MCI) menjadi salah satu yang belum ada rencana masuk.

Chief Investment Officer MCI, Dennis Pratistha bilang, situasi saat ini belum ada startup yang potensial di ekosistem Web3 ini. Meskipun, pihaknya pun tak menutup kemungkinan masuk ke sektor ini.

“Kalau perusahaannya ada potensi bagus, pasti kita akan lihat dan analisa. Yang ada saat ini masih dikit dan kecil-kecil” ujarnya.

Adapun, Dennis menyebutkan bahwa saat ini pihaknya masih berinvestasi pada perusahaan yang bergerak di sektor keuangan seperti fintech serta startup yang bisa mendorong digitalisasi pada UMKM lainnya dengan target tujuh hingga sembilan pendanaan baru maupun lanjutan.

“Sektornya itu EWA, Social Commerce, Logistic Tech, SME Enabler, Fintech Enabler dan beberapa seckor lainnya,” imbuhnya.

Sementara itu, OCBC NISP Ventures (ONV) pun masih fokus memberikan pendanaan pada start-up berbasis teknologi seperti yang bergerak di industri pembiayaan bisnis, properti, fintech, logistik, media, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Mayoritas pendanaan yang telah diberikan tersebar kepada semua sektor fintech mulai dari lending, payment, wealth, mortgage, dan open banking.

Darryl Ratulangi, Managing Director OCBC NISP Ventura pun mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih dalam proses untuk melakukan pendanaan di beberapa start up baru di Indonesia yang tahun ini targetnya bisa mencapai lima hingga enam investasi baru di luar portofolio yang dimiliki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×