kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.455   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.913   80,84   1,18%
  • KOMPAS100 1.004   13,02   1,31%
  • LQ45 777   10,00   1,30%
  • ISSI 220   2,93   1,35%
  • IDX30 403   4,08   1,02%
  • IDXHIDIV20 476   2,63   0,56%
  • IDX80 113   1,47   1,32%
  • IDXV30 115   0,07   0,06%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Industri Pembiayaan Melambat, APPI Beberkan Penyebabnya


Selasa, 06 Mei 2025 / 13:10 WIB
Industri Pembiayaan Melambat, APPI Beberkan Penyebabnya
ILUSTRASI. Industri pembiayaan atau multifinance tengah menghadapi sejumlah tantangan, pelemahan daya beli masyarakat menjadi faktor utama. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan atau multifinance tengah menghadapi sejumlah tantangan.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai pelemahan daya beli masyarakat menjadi faktor utama turunnya permintaan pembiayaan, terutama di sektor otomotif.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 itu lebih ditopang dari sektor tambang dan energi. Sementara sektor ritel mengalami gangguan akibat penurunan daya beli,” ujarnya kepada Kontan, Senin (5/5).

Suwandi mengamati, masyarakat saat ini tengah menahan konsumsi karena banyak yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan penghasilan. Hal ini memberikan dampak pada industri pembiayaan, khususnya segmen otomotif, yang menjadi portofolio terbesar perusahaan pembiayaan.

Baca Juga: Penyesuaian Bunga Multifinance Tak Bisa Serta Merta Dilakukan

Oleh karena itu, perusahaan multifinance kini tampak lebih selektif dalam menyalurkan kredit, yang berdampak pada turunnya nominal pembiayaan yang tersalurkan. 

Akibatnya, rasio NPF gross meningkat karena nominal pembiayaan yang lebih kecil harus terbagi dengan jumlah kredit bermasalah yang tetap atau bahkan meningkat.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pertumbuhan pembiayaan memang melambat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, pembiayaan tumbuh sebesar 13,48% secara year on year (YoY) lalu turun menjadi 13,23% pada 2023. 

Baca Juga: Merger dengan Adira, Saham Mandala Finance Akan Dihapus dari Bursa

Sepanjang 2024, laju pertumbuhan kembali melambat menjadi 6,92%, dan kembali tertekan pada Februari 2025 dengan hanya mencatatkan pertumbuhan 5,94%.

Sementara itu, rasio NPF gross juga mengalami tren kenaikan. Pada 2022 tercatat sebesar 2,32%, naik menjadi 2,44% pada 2023, lalu meningkat lagi menjadi 2,70% per Desember 2024, dan menyentuh 2,87% pada Februari 2025.

Selanjutnya: BCA Salurkan Kredit Konsumer Rp 225,7 Triliun pada Kuartal l-2025

Menarik Dibaca: Waspadai Ancaman Siber! Begini Cara Aman Bertransaksi dengan Perbankan Digital 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×