Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus bekerja keras mengawasi perbankan yang dinilai memiliki potensi systematically important bank (SIB) atau bank berdampak sistemik. Upaya ini dinilai industri perbankan sebagai upaya yang baik.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Achmad Baiquni mengatakan, kriteria baku mengenai bank berdampak sistemik sangat diperlukan oleh industri perbankan. Sebab, kriteria tersebut akan membantu memudahkan dalam pengukuran bank yang memiliki dampak sistemik.
"Standarisasi diperlukan. Bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi perbankan, makro ekonomi maupun bank kita sendiri. Sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan, kita sudah siap," ujar Baiquni di Gedung OJK, Jakarta, Kamis (2/1).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, bank-bank besar yang memiliki dampak sistemik perlu dilakukan pengawasan dengan lebih ketat. Malah menurutnya, diperlukan beberapa aturan tambahan yang harus diberikan kepada bank besar.
"Saya merasa sangat wajar dan sudah memang seharusnya demikian. Mandiri pasti masuk (bank berdampak sistemik). Kalau saya tidak salah mendengar, ada 21 bank yang masuk systematically important bank," ujar Budi.
Lebih lanjut Budi mengungkapkan, industri perbankan secepat mungkin memerlukan kriteria mengenai systematically important bank ini. Sebab, meski kriteria SIB akan lebih memberatkan dari sisi tata kelola yang baik serta aturan yang lebih ketat, namun hal itu penting bagi industri perbankan Tanah Air.
Karena itu, lanjut Budi, Bank Mandiri mempersiapkan diri dari sisi manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance. "Saya rasa secepat mungkin diperlukan karena pengawasan di perbankan sudah sangat maju. Buktinya tahun ini walaupun krisis, perbankan Indonesia masih baik dan bank-bank besar memiliki risiko yang besar untuk menggoyang perekonomian Indonesia. Jadi semakin cepat dilaksanakan, lebih baik," katanya.
Senada, Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, koordinasi antara Bank Indonesia dengan Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi bank yang memiliki dampak sistemik sangat diperlukan. Bank sentral dapat melakukan pengawasan dari fungsi financing perbankan. Sedangkan OJK dapat melakukan pengawasan berdasarkan kondisi mikro perbankan Tanah Air.
BCA, menurut Jahja, melakukan persiapan berupa pemberian laporan yang transparan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. "Mekanisme SIB memang perlu suatu koordinasi. Untuk BCA yang penting adalah memberikan laporan secara transparan dan menjalankan GCG (good corporate governance/ tata kelola perusahaan yang baik). Yang penting BI dan OJK mengetahui posisi BCA seperti apa," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News