kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ingin Berinvestasi di Fintech Lending? Ini Tips dari Perencana Keuangan


Minggu, 26 Desember 2021 / 15:06 WIB
Ingin Berinvestasi di Fintech Lending? Ini Tips dari Perencana Keuangan
ILUSTRASI. Financial Technology (Fintech). Ingin Berinvestasi di Fintech Lending? Ini Tips dari Perencana Keuangan


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tak hanya memberikan pinjaman, fintech P2P lending juga bisa menjadi sarana investasi bagi para investor. Adapun, imbal hasilnya rata-rata platform bisa memberikan di atas 10% per tahun.

Perencana keuangan, Annisa Aprilia mengatakan bahwa fintech p2p lending bisa menjadi sarana diversifikasi dalam hal berinvestasi. Terlebih, investasi yang dilakukan juga bisa bermanfaat bagi penerima pinjaman yang juga dipakai untuk modal usaha.

“P2P lending ini bisa menjadi saran diversifikasi karena returnnya juga cukup besar. Coba dibandingkan dengan deposito sekarang kan 3% ya? Itu kan kecil jika dibandingkan 15% gitu,” ujar Annisa.

Meskipun mampu memberikan imbal hasil yang tinggi, Annisa mengingatkan bahwa tetap perlu hati-hati dalam menempatkan dananya. Terutama, dalam hal memilih platform P2P lending yang diberi pendanaan.

Baca Juga: Amartha Gandeng BPR Hariarta Sedana Salurkan Permodalan Pada UMKM

Pertama, Annisa menghimbau agar pendana memilih platform yang sudah terdaftar maupun berizin OJK. Ia bilang hal tersebut sudah dengan mudah dicek di situs OJK mana platform yang tidak ilegal.

Selanjutnya, TKB90 atau tingkat keberhasilan pinjaman dibayarkan juga perlu diperhatikan oleh bagi calon pendana. Annisa bilang bahwa TKB90 platform yang aman minimal 90%.

“Itu menjadi salah satu indikator P2P lending buat memastikan pinjamannya itu bisa kembali dalam waktu 90 hari sejak jatuh tempo. Itu minimal banget 90%,” imbuhnya.

Selain itu, Annisa juga menyebutkan bahwa calon pendana perlu memperhatikan sistem credit scoring dari peminjam. Menurutnya, hal tersebut nantinya akan bergantung pada risk appetite dari pendana mengingat tingkat credit scoring juga mempengaruhi imbal hasil yang didapatkan.

Baca Juga: BSI Siapkan Aksi Korporasi pada Tahun Depan, Begini Rekomendasi Saham BRIS

“Biasanya sih yang credit scoringnya tinggi mungkin returnnya lebih rendah dari yang jelek ya, biasanya gitu,” ujar Annisa.

Tak hanya itu, Annisa menyarankan bagi pendana untuk berinvestasi di fintech P2P lending yang bergerak di sektor produktif.

Mengingat, dana yang diberikan akan digunakan untuk modal usaha yang nantinya bakal mendapat penghasilan sehingga terbilang aman dalam hal pengembalian pinjamannya.

Baca Juga: Audit Kredivo: Penipuan Mengatasnamakan Kredivo Kurang 0,001% dari Total Pengguna

Terakhir, Annisa memberi saran bagi calon pendana yang baru masuk ke P2P lending untuk memperhatikan minimal investasi yang diberikan. Menurutnya, calon pendana ini bisa masuk dari investasi yang tidak terlalu besar terlebih dahulu.

“Nanti lihat return nya bagus atau bisnisnya berkembang, bisa top up lagi, jadi nantinya seperti teman saya yang akhirnya bisa dapat passive income dari berinvestasi di P2P lending ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×