Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve telah mengumumkan pengurangan stimulus (tapering off) yang akan dimulai Januari 2014. Nilai pengurangan stimulus sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 85 miliar per bulan.
Rincian pengurangan, US$ 5 miliar untuk pembelian mortgage-backed securities (MBS) dan US$ 5 miliar untuk treasury securities. Hal ini menandakan bahwa perekonomian AS mulai pulih dari resesi terburuk sejak 1930 silam.
Direktur Utama PT Bank Permata Tbk (PermataBank) David Fletcher bilang, dalam jangka pendek dan menengah, dampak tapering off akan membuat pasar Indonesia menjadi bergejolak alias volatil. Namun menurutnya, volatilitas yang ada pun hanya terasa sedikit.
Untuk jangka panjang, tapering off akan membawa dampak baik bagi Indonesia. "Akan ada small volatility, tapi itu untuk jangka pendek dan menengah," kata David di Jakarta, Kamis (19/12).
David bilang, tapering off sudah diantisipasi. Bank Indonesia dan Pemerintah menurut David, telah mengambil langkah yang baik untuk mengantisipasi stabilitas terutama di pasar uang Indonesia. David bilang, dampak dipangkasnya stimulus moneter AS ini, sudah priced in kepada nilai tukar.
"Semuanya sudah priced in. Kita sudah melihat dampaknya. Sejak dikeluarkannya pernyataan tersebut pagi tadi kita belum melihat adanya dampak pada rupiah," jelas David.
Meski begitu, David mengimbau, agar industri perbankan memiliki basis modal yang kuat. Industri perbankan sebaiknya menempatkan penyaluran pembiayaan di sektor yang benar. Selain itu, industri perbankan juga harus memiliki tata kelola atau good corporate governance (GCG) yang baik.
"Ekonomi masih akan berkembang. Kita harus meyakinkan bank menyalurkan kreditnya pada right growth opportunity. Saya yakin Indonesia akan tumbuh. Bank harus siap dengan pertumbuhan tersebut. Memang sekarang agak slow down, tapi ekonomi Indonesia masih kuat," ucap David meyakini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News