kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini deretan bank-bank yang bersiap IPO tahun 2021


Rabu, 20 Januari 2021 / 11:18 WIB
Ini deretan bank-bank yang bersiap IPO tahun 2021


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dari sektor perbankan tampaknya akan marak tahun ini. Pasalnya, bank umum wajib memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun hingga akhir 2021 sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sementara jumlah bank yang masih dalam kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II masih banyak.

Di samping itu, banyak pula bank daerah yang sudah punya modal inti di atas Rp 2 triliun ingin melantai di bursa saham untuk memperbesar kapasitas ekspansinya ke depan.

Bahkan beberapa di antaranya merencanakan IPO tersebut tahun 2020 namun terpaksa mundur karena kondisi pasar yang tidak mendukung. Tahun ini, rencana tersebut kembali dipersiapkan.

PT Bank Fama International salah satu yang tengah mempersiapkan proses IPO tahun ini. Semestinya rencana melantai di bursa saham akan digelar pada 4 Januari 2021 guna memenuhi modal inti minimum Rp 1 triliun di akhir 2020 namun batal lantaran waktunya cukup memadai untuk mengejar tenggak waktu pada 31 Desember.

Baca Juga: Bank Sumut akan IPO tahun Ini, lepas saham sekitar 20%

Sebagai gantinya, pemegang saham pengendali (PSP) eksisting memilih melakukan penambahan modal. Sehingga menurut Sekretaris Perusahaan PT Bank Fama International Emil M Ismain, modal inti perseroan sudah  Rp1 triliun saat ini.

Hanya saja, ia tidak menyebut  berapa modal yang disuntik PSP tersebut. Adapun per Juni 2020, modal intinya baru Rp 270,5 miliar.

Rencana IPO akan kembali dilanjutkan untuk memenuhi modal inti Rp 2 triliun tahun ini. Namun, jumlah saham yang bakal dilepas masih akan digodok lagi dan tidak seperti rencana sebelumnya.

Sementara dalam prospektus IPO sebelumnya, Bank Fama akan menerbitkan sebanyak-banyakn saham 1,31 miliar lembar atau 24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan target harga Rp 298 -Rp 328.

Emil bilang, pihaknya saat ini tengah melakukan penjajakan dengan beberapa investor strategis untuk proses IPO itu. Saham Bank Fama saat ini dimiliki oleh Junus Jen Suherman sebanyak 60%, Edi Susanto 20% dan Dewi Janti 20%.

PT Bank Net Indonesia Syariah atau yang sebelumnya bernama PT Bank Maybank Syariah Indonesia juga sudah mengumumkan akan melantai di bursa pada 2 Februari mendatang.

Bank ini akan melepas 5 miliar saham atau setara dengan kepemilikan 37,90% dari modal disetor setelah penawaran umum saham. Dengan menawarkan harga  Rp 103-Rp 105 per saham, nantinya bank ini akan meraup dana dikisaran Rp 515 miliar-Rp 525 miliar.

Dari jajaran bank daerah, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) dan PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta (Bank DKI) yang berencana IPO tahun ini.

Baca Juga: Kejar modal inti Rp 2 triliun, Bank Fama akan lanjutkan rencana IPO yang tertunda

Sementara PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) baru memasukkan pembahasan kajian IPO dalam rencana bisnisnya tahun. Hanya tidak tertutup kemungkinan bisa terlaksana tahun ini jika kajiannya tidak ada hambatan.

Syahdan Ridwan Sekretaris Perusahaan Bank Sumut mengatakan, rencana IPO sebetulnya sudah dipersiapkan digelar tahun lalu namun terpaksa ditunda karena dampak pandemi Covid-19. Bank ini akan melanjutkan rencana tersebut dengan melepaskan saham ke publik sekitar 20%. Sedangkan target dana yang akan dibidik masih harus menunggu keputusan rapat umum pemegang saham.

Saat ini Bank Sumut tengah melakukan proses pemilihan advisory untuk mendampingi perseroandalam melaksanakan IPO tersebut.

Setelah penunjukan selesai, lanjut Syahdan, pihaknya akan melaksanakan sosialisasi kepadan calon investor. Per kuartal III 2020, Bank Sumut tercatat memiliki modal inti sebesar Rp 3,32 triliun.

Bank Jateng masih harus melakukan kajian terkait ketentuan perundang-undangan yang memerlukan sinkronisasi.

Dwi Agus Pramudya, Direktur Keuangan Bank Jateng mengatakan, sinkronisasi itu di antaranya mengenai ketentuan kepemilikan satu pemerintah daerah atas Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibatasi minimal 51%. Sementara dengan pelaksanaan IPO, ada potensi kepemilikan salah satu Pemda terdilusi ke bawah 51%.

Oleh karena ini, Bank Jateng belum bisa menetapkan kapan IPO bisa digelar. "Belum bisa kita tetapkan (sekarang). Bisa jadi tahun ini atau tahun depan sepanjang tidak ada kendala yang signifikan, terutama kendala perundang-undangan," ujar Dwi.

Mengingat belum adanya kepastian akan hasil kajian, Bank Jateng juga sekaligus mengkaji altenatif permodalan tanpa IPO, termasuk di antaranya penambahan modal dari pemegang saham esksiting atau mengundang investor strategis.

Baca Juga: Jumlah bank kecil terus menyusut, terbentur aturan modal minimal

Sementara Bank DKI sudah melakukan berbagai persiapan IPO seperti penunjukkan Advisor serta Lembaga Penunjang IPO seperti Penjamin Pelaksana Emisi (PPE), Konsultan Hukum, Kantor Akuntan Publik (KAP), hingga Notaris karena semula rencananya akan digelar tahun lalu.

"Sampai saat ini belum terlaksana karena kondisi pasar belum kondusif di tengah pandemi," kata Kepala Divisi Investor Relation Bank DKI Arie Rinaldi.

Sedangkan untuk dana yang di terima Bank DKI nantinya sepenuhnya akan dipergunakan untuk peningkatan usaha dan penyaluran perkreditan hingga pengembangan sistem teknologi informasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×