kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini kondisi perbankan tanah air hingga September


Rabu, 19 November 2014 / 13:19 WIB
Ini kondisi perbankan tanah air hingga September
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/1). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/10/01/1019


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi industri perbankan tanah air masih relatif kuat. Pernyataan OJK tersebut bercermin dari pencapaian kinerja perbankan secara umum hingga September lalu.

Hal tersebut seperti disampaikan Gandjar Mustika, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK dalam Indonesia Banking Outlook & Opportunity 2015, hari ini (19/11). Gandjar menerangkan, salah satu poin penilaian kondisi perbankan adalah rasio KPMM yang secara rata-rata terus mengalami peningkatan.

"Per September, rata-rata rasio KPMM perbankan berada pada kisaran 19,5%, atau jauh lebih tinggi dari batas minimun yang dipersyaratkan oleh ketentuan," ucap Gandjar.

Selain itu, meski sedikit mengalami peningkatan, level non performing loan (NPL) gross industri perbankan masih terkendali di tingkat 2,29% dengan NPL net masih berada pada tingkat 1,19%. Tidak hanya itu, Gandjar juga menuturkan, laba akumulasi year to date hingga September mencapai Rp 85,37 triliun naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 78,51 triliun.

Pun begitu dengan net interest margin (NIM) maupun ROA yang pada periode itu masing-masing tercatat 4,2% dan 2,9%. "Jadi, secara umum kondisi perbankan relatif kuat, terutama jika melalui hasil uji ketahanan yang dilakukan dalam rangka mengukur risiko yang dihadapi dan kerentanan sektor perbankan sebagai dampak perubahan indikator ekonomi makro," tambah Gandjar.

Di sisi lain, Gandjar juga melihat industri perbankan mulai merasakan pengaruh dari perlambatan ekonomi. Itu bisa terlihat dari pertumbuhan aset yang secara yoy tumbuh 14%, sementara secara ytd tumbuh 9% atau lebih lambat dari periode di tahun lalu sebesar 11%.

Menurut Gandjar, pemicu pertumbuhan aset ini adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang sampai September tercatat sebesar Rp 3.561,3 triliun atau tumbuh 13%. "Angka ini lebih lambat dari periode sama tahun lalu yang tumbuh sekitar 18%," jelas Gandjar.

Namun kondisi likuiditas terbilang cukup baik. Terutama dengan melihat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 14% menjadi Rp 3.966 triliun atau sedikit lebih tinggi dari periode sama tahun lalu sebesar 13%. Dengan pencapaian kredit dan DPK, rerata loan to deposit ratio (LDR) tercatat turun dari 89,7% di akhir tahun lalu menjadi 88,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×