kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Upaya 19 Bank Penuhi Modal Inti, Siapa yang Terancam Merger Hingga Likuidasi?


Senin, 07 November 2022 / 16:17 WIB
Ini Upaya 19 Bank Penuhi Modal Inti, Siapa yang Terancam Merger Hingga Likuidasi?
ILUSTRASI. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) jadi salah satu perbankan yang belum memenuhi ketentuan modal inti


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank bermodal cekak hanya punya waktu kurang dari dua bulan lagi untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Hingga saat ini, setidaknya masih ada sekitar 19 bank, di luar Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang belum memenuhi ketentuan itu.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, ada tiga opsi yang sedang didiskusikan OJK dengan para pemilik bank bermodal cekal tersebut yang akan diberikan jika tidak ada tanda-tanda bisa memenuhi ketentuan menjelang tenggak waktunya pada akhir Desember 2022.

Pertama, jika tidak ada tanda-tanda bisa memenuhi modal inti Rp 3 triliun menjelang tenggat waktunya maka OJK bisa melakukan merger paksa. Terkait hal itu, OJK telah menerbitkan Peraturan OJK No 18 tahun 2022 tentang Perintah Tertulis yang berlaku efektif pada 17 Oktober 2022.

"POJK ini dikeluarkan untuk memastikan (pemenuhan modal inti) itu bisa terpenuhi," kata Dian, Kamis (3/11).

Baca Juga: Ini Alasan BCA Menjadi Bank Paling Efisien di Indonesia

Kedua, status bank diturunkan jadi BPR. Ketiga, OJK akan meminta bank tersebut melakukan likuidasi secara sukarela jika pemilik bank tidak memiliki opsi lain.

Berikut perkembangan rencana pemenuhan ketentuan modal inti  bank-bank bermodal cekak dan modal intinya hingga September 2022:

1. Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dengan modal inti Rp 2,969 triliun

Bank ini telah menawarkan 2,94 miliar saham baru lewat rights issue dengan harga Rp 170 per saham.  Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie menyatakan aksi korporasi ini sudah dilakukan pada akhir Oktober 2022 lalu.

“Penambahan modal ini sesuai komitmen untuk mendukung bisnis khususnya penyaluran kredit. Dengan ini, kami sudah memenuhi ketentuan modal inti minimum,” ujar Hendra kepada Kontan.co.id pada Rabu (2/11).

2. Bank Victoria International Tbk (BVIC) dengan modal inti Rp 2,503 triliun

Bank ini rights issue dengan menerbitkan maksimal 4,95 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Itu setara  27,54% dari modal ditempatkan pasca rights issue

Berdasarkan prospektus rights issue yang dipublikasikan pada Jumat (21/10), harga pelaksanaan rights issue ditargetkan sekitar Rp 130-Rp 155 per saham.

Dengan target harga tersebut, perseroan berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 644 miliar hingga Rp 768 miliar. Victoria Investama (VICO) sebagai pemegang saham utamanya telah menyatakan akan melaksanakan seluruh atau sebagian HMETD.

3. Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dengan modal inti Rp 2,328 triliun.

Untuk memenuhi ketentuan modal inti, bank milik Salim Group ini sedang  memproses rencana rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 296,8 juta dengan nominal Rp 100 per saham. Itu setara 4,76% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.

Harga rights issue sudah ditetapkan Rp 4.050 per saham sehingga dana segar yang berpotensi diraup mencapai Rp 1,2 triliun. Rencana aksi korporasi ini ditargetkan dapat pernyataan efektif dari regulator pada 16 November ini.

Salim Group melalui PT Indolife Pensiontama sebagai pengendali bank ini sudah menyatakan akan mengeksekusi seluruh haknya dalam rights issue ini yakni sebesar Rp 270,16 miliar. Tidak ada pembeli siaga dalam penambahan modal ini.

Baca Juga: Daftar 23 Bank Yang Terancam Dimerger Paksa, Nasabah Wajib Tahu!

4. Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dengan modal inti Rp 2,236 triliun

Bank yang resmi dikendalikan PT Takjub Financial Teknologi atau Ajaib sejak April 2022 lalu ini akan melakukan rights issue maksimal 1,38 miliar saham dengan nilai nominal Rp100.

Dalam prospektus yang diterbitkan pada Selasa (4/10), rights issue ini dijadwalkan akan diperdagangkan mulai 21-25 November 2022.

5. Bank Jtrust Tbk (BCIC) dengan modal inti Rp 2,762 triliun

Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai, dalam keterangan resminya pada Selasa (1/11) mengatakan, kondisi permodalan Bank semakin kuat dengan adanya penambahan setoran modal dari Pemegang Saham Pengendali yaitu J Trust Co.Ltd di bulan September 2022 sebesar Rp117 miliar sehingga posisi modal inti minimum Bank menjadi Rp2,76 triliun.

Ia bilang, pemegang saham pengendali tersebut berkomitmen memenuhi modal inti minimum Bank paling sedikit sebesar Rp3 triliun sebelum 31 Desember 2022.

6. Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dengan modal inti Rp 2,009 triliun

Saat ini, bank ini dikendalikan oleh pengusaha John Kusuma melalui PT Global Ventures dengan porsi saham 58,01%. Selebihnya dimiliki investor publik.

Untuk memenuhi ketentuan modal itu, Bank Aladin akan melakukan private placement dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 1,37 miliar lembar dengan nominal Rp 100 per saham.

Presiden Direktur Aladin, Dyota Marsudi, dalam keterangan resminya pada 27 Oktober mengatakan bahwa  rencana private placement tersebut sedang berproses saat ini setelah disetujui RUPSLB pada Juli 2022.

Pada April lalu, Bank Aladin telah mengumumkan ada investor baru yang akan masuk yakni ZA Tech Global Limited (ZA Tech), penyedia teknologi asuransi insurtech asal China. Investor tersebut dikatakan telah berkomitmen penuh dalam memperkuat ekosistem bisnis Bank Aladin.

Baca Juga: Bank Digital yang Tertanam dalam Ekosistem Fintech Lanjutkan Pertumbuhan Solid

7. Bank Ganesha Tbk (BGTG) dengan modal inti Rp 2,158 triliun

Bank ini akan rights issue maksimal 7,5 miliar dengan nominal Rp 100 per saham. Jumlah ini setara 45,5% dari modal ditempatkan setelah rights issue. Harga pelaksanaannya telah ditetapkan Rp 120 per saham.

Dalam prospektus yang diterbitkan pada 7 Oktober lalu, manajemn BGTG menyebutkan PT Equity Development Investment Tbk (GSMF)selaku pengendali dengan porsi saham 60,61% tidak akan mengeksekusi semua haknya dan juga tidak ada pembeli siaga rights issue tersebut.

Namun, Equity Global International Limited (EGI) selaku pengendali GSMF, memborong saham dari investor publik di bursa saham selama periode 17-26 Oktober sebanyak 240 miliar atau 14,57%.  Sehingga kepemilikan saham BGTG saat ini menjadi GSMF 50,61%, EGI 14,57%, UOB Kay Hina Pte Ltd 8,43%, dan publik 26,39%.

8. Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dengan modal inti Rp 2,113 triliun

Dalam prospektus pada 3 Agustus 2022, bank ini menyebutkan akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 5 miliar saham.  Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan, mengatakan pihaknya membidik dana Rp 5 triliun dari aksi korporasi itu.

9. Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) dengan modal inti Rp 2,131 triliun

Bank yang kini sudah dikendalikan FinAccel Teknologi Indonesia (Kredivo) ini akan rights issue sebanyak-banyaknya 367,47 miliar saham dengan nominal Rp 100 per saham.

Harga pelaksanaan rights issue itu telah ditetapkan Rp 2.480 per saham. FinAccel dengan kepemilikan saham 75% akan bertindak sebagai pembeli siaga dalam rights issue ini.

Baca Juga: Meskipun OJK Mengklaim Daya Tahan Bank Kuat, 18 Bank Ini Masih Butuh Suntikan Modal

10. Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dengan modal inti Rp 2,050 triliun per Juni 2022

Untuk memenuhi ketentuan modal inti, bank ini sudah dapat izin dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 4 Oktober 2022 untuk menggelar rights issue dengan menerbitkan saham baru seri B sebanyak-banyaknya dengan nominal Rp 50 per saham atau 255 dari modal disetor setelah rights issue.

Hary Tanoesoedibjo mengendalikan saham Bank MNC lewat PT MNC Kapital Indonesia Tbk  dengan porsi kepemilikan saham 48,99% dan Winfly Ltd 15%. Sisanya  36,01% dimiliki oleh investor publik.

Berdasarkan prospektus rights issue BABP dikutip Senin (7/11), tidak terdapat pembeli siaga dalam aksi korporasi itu.  MNC Kapital dalam surat pernyataannya pada 3 Oktober 2022 lalu menyebutkan akan memberikan upaya terbaik untuk melaksanakan dalam rights issue tersebut.

Rencana rights issue ini ditargetkan dapat pernyataan efektif dari OJK pada 24 November 2022. Tanggal cum HMETD pada pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 2 Desember dan di pasar tunai pada 6 November. Adapun periode perdagangan HMETD di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditargetkan pada 8-21 Desember.

11. Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) dengan modal inti Rp 1,839 triliun

Bank ini akan rights issue maksimal 4,56 miliar saham atau 24,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan Rp 280 per saham. Sehingga potensi dana yang akan diraup mencapai Rp 1,28 triliun.

Dalam aksi korporasi ini, Tolaram  selaku pemegang saham utama dan pengendali Bank Amar akan melaksanakan seluruh haknya dan sekaligus jadi pembeli siaga. Saat ini, Investree sudah masuk jadi pemegang saham bank ini dengan porsi 18,4%.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×