kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang membedakan pandemi Covid-19 dengan krisis sebelumnya menurut Bank Mandiri


Senin, 11 Mei 2020 / 15:16 WIB
Ini yang membedakan pandemi Covid-19 dengan krisis sebelumnya menurut Bank Mandiri
ILUSTRASI. Direktur Utama baru Bank Mandiri Royke Tumilaar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk mengatakan kondisi krisis kesehatan yang menimpa ekonomi Indonesia saat ini terbilang mengejutkan. Kondisi ini menurut Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar memiliki ciri khas yang berbeda pada krisis sebelumnya.

Kendati tidak separah krisis tahun 1998, menurut kacamatanya kondisi saat ini cukup menekan operasional banyak perusahaan tanpa terkecuali perbankan. "Kalau krisis, biasanya menekan NPL dan likuiditas terutama. Sekarang dari sisi beban operasional cukup repot," katanya dalam video conference bersama Kompas Group di Jakarta, Senin (11/5).

Pasalnya, menurut Royke saat ini aktivitas perbankan memang sangat terbatas. Terlihat dari pelayanan kantor cabang bank yang dibatasi, begitu pula dari sisi karyawan yang mayoritas diharuskan bekerja dari rumah (work from home/WFH).

Baca Juga: Masih ada kesalahpahaman, ini curhat Dirut Bank Mandiri soal restrukturisasi kredit

Hal ini juga menjadi pembeda pada krisis-krisis sebelumnya seperti di tahun 1998 ataupun 2008. Kala itu, perbankan menurutnya tetap bisa menyalurkan kredit. Namun, di era pandemi Covid-19 ini akses perbankan untuk menyalurkan likuiditas sangat terbatas begitu pula dari sisi pendanaan (funding).

Tetapi kabar baiknya, kondisi sektor ekonomi saat ini sudah jauh lebih siap. Bahkan sampai ke level debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). "Sekarang debitur kami khususnya sudah menyisihkan cadangan kas," imbuhnya.

Dari sisi debitur korporasi Bank Mandiri, menurut Royke pengelolaan asetnya jauh lebih baik. Contohnya, kendati sudah ada lebih dari 180 debitur perseroan yang diberikan restrukturisasi, sejauh ini belum ada satu debitur dari sektor komoditas yang meminta restrukturisasi kredit.

Menurutnya, saat ini langkah yang lebih dulu diperhatikan adalah menjaga sektor UMKM tetap bergerak. Sebab, apabila sektor ini terpukul tentunya akan berdampak pada debitur korporasi besar yang mengandalkan segmen UMKM sebagai supply chain. 

Baca Juga: Restrukturisasi kredit berpotensi menekan kinerja Bank Mandiri (BMRI)

"Hal ini sudah pasti dipikirkan oleh pemerintah. Dari sisi kredit, subsidi, bahkan sampai pajaknya akan dijaga pemerintah," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×