Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum lama ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan bahwa regulator perbankan telah melakukan stress test terhadap perbankan. Stress test ini untuk mengukur ketahanan modal dan kecukupan likuiditas perbankan dalam menghadapi perubahan dan shock pada kondisi makro ekonomi.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Bank Indonesia, akhir April 2018 lalu, Wimboh mengatakan bahwa stress test bahkan dilakukan hingga rupiah mendekati level Rp 20.000 per dollar AS. Hasilnya, kondisi perbankan Indonesia masih cukup kuat.
Sebetulnya, stress test tersebut bukan dilakukan OJK sendirian, namun bersama Bank Indonesia (BI). Nah, dari hasil joint stress test perbankan yang diperoleh KONTAN, stress test ini dilakukan pada 20 bank, terdiri dari 18 bank lokal yang satu diantaranya bank umum syariah, serta dua kantor cabang bank asing.
Sebanyak 20 bank tersebut total asetnya menguasai sekitar 75,88% dari total aset industri perbankan. Stress test tersebut mulai dari skenario baseline seperti perbaikan ekonmi berlanjut dan The Fed normalisasi neraca. Hingga skenario terburuk seperti kontraksi ekonomi dunia dan peningkatan kerentanan ekonomi global.
Hasilnya? Pada skenario paling ekstrem, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan turun paling tinggi sebesar 600 basis poin dari 22,78% menjadi 16,78%. Penurunan CAR tersebut akibat risiko kenaikan NPL yang membuat bank harus menambah biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar 673 bps.
Hasil lainnya, dengan skenario tiga debitur terbesar default, CAR bank akan turun 432 bps dari 22,78% menjadi 18,46% dengan total kerugian yang terjadi sebesar Rp 171 triliun.
Skenario lain, dari hasil stress test risiko nilai tukar dengan skenario rupiah terdepresiasi hingga Rp 26.00, CAR bank akan turun 33 bps dengan total kerugian sebesar Rp 6 triliun.
Lalu, dari hasil stress test risiko bunga dengan kenaikan 500 bps, CAR bank akan turun 189 bps dengan estimasi kerugian sebesar Rp 72 triliun.
Kesimpulan dari stress test tersebut, umumnya ke-20 bank itu memiliki ketahanan permodalan cukup kuat untuk menyerap kerugian akibat memburuknya kondisi ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News