kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Instrumen saham masih jadi andalan investasi asuransi jiwa


Jumat, 26 Oktober 2018 / 17:13 WIB
Instrumen saham masih jadi andalan investasi asuransi jiwa
ILUSTRASI. Togar Pasaribu


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan asuransi jiwa masih mempercayakan pengelolaan dananya ke keranjang instrumen saham.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Agustus 2018, hasil investasi industri asuransi jiwa jeblok di angka minus Rp 2,37 triliun. Sementara Agustus tahun lalu hasil investasi masih positif di angka Rp 27,44 triliun.

Meskipun anjlok, hasil investasi ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dua bulan sebelumnya. Posisi Juni 2018, hasil investasi industri asuransi jiwa minus Rp 7,50 triliun, dan posisi Juli di angka minus Rp 3,52 triliun.

Mayoritas penempatan dana investasi industri asuransi jiwa masih didominasi pada instrumen reksadana dan saham. Hingga Agustus 2018, investasi di keranjang reksadana mencapai 35,3% dan saham 30,2% dari total investasi.

Direktur Ekskutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan bahwa investasi asuransi jiwa bersifat jangka panjang. Maka dengan anjloknya hasil investasi tersebut belum menjadi tolak ukur bahwa kinerja investasi akan terus tertekan.

Apalagi industri masih mengandalkan investasi di keranjang saham, yang merupakan instrumen investasi jangka panjang. Tingkat keberhasilan investasi saham sangat ditentukan dari portofolio emiten saham yang dikoleksi.

"Dalam jangka panjang, instrumen saham bisa memberikan hasil investasi yang terus meningkat. Itu semua masih bergantung pada tren di pasar modal," kata Togar, kepada Kontan.co.id, Jumat (26/10).

Di periode yang sama, investasi di instrumen deposito cenderung turun 7,8% menjadi Rp 36,93 triliun. Meski demikian instrumen deposito tetap menjadi investasi yang aman dan bisa menjaga tingkat likuiditas.

Sampai tahun depan diperkirakan bunga deposito akan meningkat seiring dengan peningkatan suku bunga Bank Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve.

Togar masih optimistis bahwa hasil investasi industri akan membaik walaupun tidak signifikan. Terlebih, sejumlah manajer investasi meramalkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.000-an dan pasar obligasi menguat hingga akhir tahun 2018.

Direktur Capital Life Robin Winata mengatakan, hasil investasi perusahaan ini sampai Agustus 2018 masih menunjukkan pertumbuhan positif. Masih ada optimisme bahwa hasil investasi Capital Life bisa tumbuh 10% hingga 11% dari tahun lalu.

"Hasil investasi masih positif karena kami mempunyai komite investasi yang bekerja berdasarkan risk tolerance," kata Robin.

Meskipun kondisi pasar sedang lesu, Capital Life belum berniat merevisi target hasil investasi tahun ini. Tim komite investasi sudah menyiapkan sejumlah strategi dan kebijakan investasi untuk menghadapi kondisi pasar yang cenderung fluktuatif.

Salah satunya, Capital Life menghindari instrumen berbasis ekuitas dan memilih memperbesar porsi instrumen
deposito serta obligasi.

Sales Director MNC Life Aldi Rinaldi mengatakan tren kinerja hasil investasi sampai akhir tahun akan cenderung menurun karena masih banyak faktor-faktor penekan IHSG maupun pasar obligasi. Namun di sisi lain, saat ini adalah kesempatan yang tepat untuk menambah investasi karena harga aset investasi relatif murah.

Instrumen investasi andalan MNC Life adalah investasi di reksadana pendapatan tetap, seperti pasar uang, obligasi negara, obligasi korporasi dan juga reksadana pendapatan tetap.

"Kami memilih fixed income untuk mengurangi resiko fluktuasi dari harga pasar serta mendapatkan kepastian pendapatan tetap. Kami juga memiliki risiko likuiditas yang relatif rendah karena porsi investasi pada efek ekuitas sangat kecil," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×