kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.402   2,00   0,01%
  • IDX 6.646   113,79   1,74%
  • KOMPAS100 990   21,69   2,24%
  • LQ45 776   14,22   1,87%
  • ISSI 203   3,92   1,97%
  • IDX30 401   6,72   1,70%
  • IDXHIDIV20 483   8,87   1,87%
  • IDX80 112   2,06   1,87%
  • IDXV30 117   1,19   1,03%
  • IDXQ30 133   2,24   1,72%

Intip Rapor Kinerja Bank Besar di 2024 dan Strategi Hadapi Pengetatan Likuiditas


Rabu, 12 Februari 2025 / 17:47 WIB
Intip Rapor Kinerja Bank Besar di 2024 dan Strategi Hadapi Pengetatan Likuiditas
Uang Tunai: Nasabah menari uang di ATM Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (24/12/2024). Secara umum, bank-bank dari jajaran KBMI 4 masih mencatatkan pertumbuhan laba meskipun rata-rata pertumbuhannya hanya single digit.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank besar atau bank dari jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4 dan 3 telah melaporkan kinerjanya pada 2024. Secara umum, bank-bank dari jajaran KBMI 4 masih mencatatkan pertumbuhan laba meskipun rata-rata pertumbuhannya hanya single digit.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi bank di jajaran KBMI 4 yang membukukan pertumbuhan laba dobel digit yakni 12,73% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai Rp 54,85 triliun. 

Adapun PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hanya membukukan pertumbuhan laba single digit dengan masing-masing tumbuh 1,31%, 2,65%, dan 0,36%.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Melemah Lagi, Simak Rekomendasi Saham untuk Rabu (12/2)

Sementara di jajaran bank KBMI 3 yang sudah merilis kinerjanya, PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) berhasil membukukan pertumbuhan laba 22,83% yoy mencapai Rp 7 triliun. 

Selanjutnya PT Bank OCBC NISP (NISP) berhasil membukukan laba Rp 4,86 triliun meningkat 18,97% yoy. Sedangkan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) mencatatkan penurunan laba 14,11% yoy menjadi Rp 3 triliun.

Jika dilihat dari kinerja keuangan, bank-bank ini mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan bunga atau interest income. Alhasil net interest income atau pendapatan bunga bersih mereka pun tumbuh mini.

 

Pendapatan bunga bersih BBCA, BMRI, BBRI hanya tumbuh 9,76% yoy, 6,12% yoy, dan 3,39% yoy. Adapun di jajaran KBMI 3 BRIS dan NISP mencatatkan pertumbuhan masing-masing 8,26% yoy dan 11,44% yoy. 

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Bank Besar di Tengah Potensi Cuan dari Dividen

Berbeda dengan BBNI dan BBTN yang mencatatkan penurunan pendapatan bunga bersih 1,93% yoy dan 13,90% yoy.

Berbagai tantangan masih menerpa industri perbankan. Seperti adanya tantangan likuiditas yang diperkirakan pengetatan berlanjut di tahun ini. Oleh karena itu sejumlah perbankan telah menyiapkan strategi dalam mendorong pertumbuhan di 2025.

Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan bahwa pemulihan ekonomi global masih dibayangi ketidakpastian, terutama akibat kebijakan proteksionis dan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada. Kebijakan ini berpotensi memicu perang dagang.

Selain itu, kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, yang cenderung hawkish, juga menjadi tantangan tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi domestik.

“Terutama mungkin kita tidak bisa berharap banyak tentang penurunan suku bunga. Dan juga kebijakan proteksi ini akan menimbulkan perang dagang,” kata Sunarso saat Paparan Kinerja perseroan, Rabu (12/2).

Baca Juga: Ada Peluang Genjot Pasar Ekspor, Tengok Rekomendasi Saham Mark Dynamics (MARK)

Di sisi lain, Sunarso juga menyoroti tantangan likuiditas yang masih ketat, terutama dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed dan dampak perang dagang terhadap nilai tukar mata uang asing.

“Dan yang pasti responsnya paling instan adalah menaikkan suku bunga. Itu artinya akan ada tantangan di likuiditas,” ujarnya.

Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan tersebut, pihaknya akan berhati-hati dengan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 7%-9% pada tahun ini, serta menjaga net interest margin (NIM) di level 7,3-%7,7%.

Sementara Direktur Keuangan dan Strategi BMRI, Sigit Prastowo, menyatakan pihaknya sudah menyiapkan strategi untuk mengatasi tantangan likuiditas tahun ini, yakni melalui transaksi dana murah.

“Tantangan likuiditas tentu masih akan terus terjadi. Tapi kita dengan strategi yang sudah di siapkan, fokus ke transaksi, dana murah,” ucap Sigit.

Menurutnya, dengan berfokus pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ke depannya diharapkan dapat mendukung pertumbuhan penyaluran kredit dari Bank Mandiri. Pada tahun ini BMRI menargetkan pertumbuhan kredit di rentang 10%-12%, sementara DPK diperkirakan tumbuh 1%-2%.

Senior Investment Information Mirae Asset, M. Aditya Nugroho menilai, dari rilis laporan keuangan perbankan yang sudah keluar, problemnya ada pada pengetatan likuiditas.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Mark Dynamics (MARK) di Tengah Kenaikan Tarif Impor AS Untuk China

Sehingga menurut Aditya bank-bank harus meningkatkan cost of fund nya untuk dapat menghimpun dana pihak ketiga, agar dapat mengimbangi permintaan kredit. "Untuk fundamental perbankan sendiri tetap solid, dengan rasio-rasio keuangan yang terjaga, serta pendapatan yang masih bertumbuh," katanya.

Kinerja saham bank-bank besar ini juga terlihat tengah runtuh. Harga saham BBRI misalnya, pada perdagangan Rabu (12/2) berada di level 4.030, naik tipis 0,50%. Sejak awal tahun 2025, harga saham BBRI terakumulasi melemah 180 poin atau 4,28%. Lalu, dalam setahun terakhir, harga saham BBRI terjun 33,11%



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×