Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pergerakan harga saham yang terus melorot berefek pada kinerja asuransi jiwa. Hingga akhir tahun ini, laba bersih perusahaan asuransi jiwa diperkirakan menurun seiring melempemnya hasil investasi.
Hendrisman Rahim, Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) bilang, hasil investasi menjadi salah satu faktor dalam penghitungan laba. Terlebih porsi investasi saham dan reksadana dalam portofolio investasi asuransi jiwa termasuk paling besar.
Hingga Agustus 2015, portofolio saham memegang porsi 28,52% atau setara Rp 77,48 triliun dari total jumlah investasi asuransi jiwa Rp 271,69 triliun. Sementara, porsi reksadana mencapai 24,14% atau setara Rp 65,59 triliun.
Hendrisman memprediksikan, penurunan laba bisa menembus dua digit hingga akhir tahun ini. Sayangnya, ia mengaku tak punya data laba industri. "Tapi mungkin akan terkoreksi lebih dari 10% hingga akhir tahun ini dibanding periode sama tahun lalu," kata dia, Senin (13/10). Berdasarkan data OJK hingga Agustus 2015, laba sebelum pajak industri asuransi jiwa Rp 7,45 triliun.
Menurut Hendrisman, kinerja asuransi jiwa sedikit terbantu karena pertumbuhan pendapatan premi yang masih positif. Alhasil pekerjaan rumah saat ini adalah memperbaiki hasil investasi.
Ia berharap, pelaku usaha bisa mencari celah memperbaiki hasil investasi. Misalnya dengan mengalihkan portofolio investasi.
Pendapatan premi naik
Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK melihat, hasil investasi asuransi jiwa memang turun, tapi belum merugi karena perusahaan asuransi jiwa belum menjual portofolionya. "Kalau pasar saham membaik hasilnya akan membaik," kata dia.
Ia juga bilang, dari sisi premi masih bertumbuh. Prediksi dia, pertumbuhan premi asuransi jiwa tahun ini bisa di atas 20%.
Tekanan laba dialami PT Asuransi Jiwasraya. Per September 2015, Jiwasraya baru merealisasikan 60% dari target laba tahun ini. Padahal, menurut Direktur Jiwasraya, Hary Prasetyo, dampak kelesuan pasar modal sudah diantisipasi dengan memasang target lebih kecil yakni Rp 500 miliar. Tahun lalu, laba Jiwasraya Rp 600 miliar.
Laba PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia juga tertekan. Hingga semester I-2015, laba InHealth Rp 70,4 miliar, turun 32,4% secara tahunan. Direktur Utama Inhealth, Iwan Pasila bilang, ini karena unrealized loss hasil investasi. "Tapi laba underwriting masih tumbuh," kata dia. Tahun ini, Inhealth menargetkan laba Rp 230 miliar.
PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha pun sama. Sampai semester I-2015, laba Wanaartha baru 30% dari target tahun ini Rp 100 miliar. Yanes Matulatuwa, Direktur Utama Wanaartha Life akan melihat kinerja sampai Oktober ini sebelum merevisi target laba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News