Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Di posisi ketiga, ada MUFG Bank yang memiliki saham mayoritas di PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Sejak masuk ke Bank Danamon pada 2019 silam, MUFG memang tampak atraktif berinvestasi di tanah air, terlebih di industri kendaraan.
Dengan laba Bank Danamon yang mencapai Rp 3,5 triliun, MUFG mendapat jatah dividen sebesar Rp 1,13 triliun. Di mana, MUFG secara langsung dan tidak langsung memegang 9,03 miliar saham atau setara 92%.
Awal tahun ini, Executive Officer Country Head of Indonesia MUFG Bank Ltd Kazushige Nakajima mengatakan potensi Indonesia memang cukup besar dengan menjadi negara paling strategis di Asia. Tak khayal, Nakajima bilang keuntungan pun telah dirasakan oleh MUFG sebagai pemegang saham.
Baca Juga: Saham-saham ini banyak dijual asing saat IHSG turun kemarin, Senin (28/9)
Sebagai contoh, Adira Finance telah mencatatkan laba senilai Rp 1,94 triliun di 2023. Sementara, Bank Danamon per November 2023 mencatat laba tahun berjalan senilai Rp 3,25 triliun.
“Dalam hal pengembalian profitabilitas ya hasilnya seperti yang dilihat di informasi publik dari kami masing-masing,” ujar Nakajima.
Ia pun menyebutkan investasi di Indonesia memiliki pasar yang lebih menggiurkan dibandingkan dengan investasi MUFG yang dilakukan di Thailand. Mengingat, MUFG sudah melakukan investasi besar di Thailand sejak 10 tahun yang lalu.
Melihat keberhasilan yang didapat dari investor asing di perbankan tanah air, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan bilang bahwa hal tersebut yang perlu dicontoh oleh investor asing yang baru berinvestasi di Indonesia seumur jagung.
Ia bilang satu hal yang bisa dicontoh dari investor asing yang lama tersebut adalah konsistensi dan komitmen untuk mengembangkan bank yang dimiliki di Indonesia. Walau terjadi naik turun kondisi ekonomi global namun tetap komit untuk bersama bank yang dimiliki.
Baca Juga: Kader Gerindra ini setuju Kookmin menguasai Bank Bukopin
Memang, dalam 2 tahun biasanya investor sudah mulai melihat apakah bank yang dimiliki prospektif atau tidak. Namun, jika masih bisa diperbaiki, investor perlu melakukan pembenahan karena pasar Indonesia masih prospektif.
“Di samping karena keuntungan dan prospek yang menjanjikan, investor juga memperoleh keuntungan dari kenaikan valuasi harga dari bank yang dimiliki,” ujar Trioksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News