Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun terakhir, investor asing ramai-ramai masuk ke industri perbankan Indonesia. Namun, cuan yang didapat dari investasi mereka pun tak seragam, setidaknya dilihat dari nilai dividen yang didapat dari kinerja laba.
Jika dilihat dari bank-bank milik investor asing yang merupakan emiten, dividen besar didapat oleh beberapa investor yang sudah masuk ke tanah air lebih dari lima tahun. Bank-bank tersebut pun juga memiliki historis pemberian dividen secara konsisten.
Investor asing yang terbilang paling cuan saat ini adalah CIMB Group dengan kepemilikannya di PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebanyak 22,9 miliar saham. Atas kinerja laba 2023, Bank CIMB Niaga membagikan dividen senilai Rp 3,08 triliun dan CIMB Group mendapat jatah Rp 2,82 triliun.
Baca Juga: Asing Berlomba Lakukan Aksi Korporasi Untuk Kuasai Pasar Perbankan Indonesia
Sebagai informasi, CIMB Group sendiri sudah masuk ke Indonesia sejak 2002 dengan mengakuisisi Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di 2007, bank tersebut digabung dengan Lippo Bank dan berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang selama berinvestasi di Indonesia, pemegang saham terus mengapresiasi kinerja Bank CIMB Niaga. Oleh karenanya, ia melihat CIMB bakal terus berinvestasi di Indonesia.
Tak hanya itu, Lani mengungkapkan bahwa CIMB Group juga terus memberikan dukungan terhadap bisnis yang dijalankan. Mengingat, ada perwakilan CIMB Group yang masuk dalam jajaran komisaris bank.
“Advise serta tujuan bisnis selalu disampaikan lewat dewan komisaris,” ujar Lani, Kamis (23/5).
Baca Juga: Dana Kelolaan Bank Kustodian Menurun Di Tengah Jumlah Investor yang Meningkat
Selanjutnya, ada OCBC Overseas Investment Pte. Ltd yang memiliki 85% saham PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Dari kinerja Bank OCBC sepanjang 2023, OCBC sebagai pemegang saham pengendala mendapat dividen sebesar Rp 1,4 triliun.
Sebagai informasi, Bank OCBC membagikan dividen sebesar Rp 1,65 triliun dari kinerja laba 2023. Di mana, laba bersih bank tersebut sebesar Rp 4,1 triliun yang berarti memiliki rasio dividen sebesar 40%.
Langkah OCBC untuk terus berinvestasi di tanah air pun tampaknya pun terbuka lebar. Ini tercermin dari langkah bank OCBC yang mengakuisisi 99% saham milik Commonwealth Bank of Australia (CBA) dan mengambil 1% saham milik pemegang saham minoritas.
Di awal Maret lalu, Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja mengatakan, proses akuisisi akan selesai di kuartal II/2024. Dilanjutkan proses penggabungan atau merger yang ditargetkan selesai pada semester II/2024.
Baca Juga: Likuiditas Domestik Menyokong Kenaikan Penawaran Pada Lelang SUN
Parwati juga bilang bahwa penggabungan ini tidak hanya upaya jangka pendek melainkan upaya jangka panjang dari bank. OCBC menyasar segmen ritel dan UMKM dengan salah satu strateginya mengakuisisi bank asal Australia tersebut.
”Kami berharap sinergi di bidang ritel dan UKM bisa kami cermati ke depannya, serta sinergi dari berbagai kapabilitas yang bisa dilakukan dua institusi ini,” ujar Parwati.
Di posisi ketiga, ada MUFG Bank yang memiliki saham mayoritas di PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Sejak masuk ke Bank Danamon pada 2019 silam, MUFG memang tampak atraktif berinvestasi di tanah air, terlebih di industri kendaraan.
Dengan laba Bank Danamon yang mencapai Rp 3,5 triliun, MUFG mendapat jatah dividen sebesar Rp 1,13 triliun. Di mana, MUFG secara langsung dan tidak langsung memegang 9,03 miliar saham atau setara 92%.
Awal tahun ini, Executive Officer Country Head of Indonesia MUFG Bank Ltd Kazushige Nakajima mengatakan potensi Indonesia memang cukup besar dengan menjadi negara paling strategis di Asia. Tak khayal, Nakajima bilang keuntungan pun telah dirasakan oleh MUFG sebagai pemegang saham.
Baca Juga: Saham-saham ini banyak dijual asing saat IHSG turun kemarin, Senin (28/9)
Sebagai contoh, Adira Finance telah mencatatkan laba senilai Rp 1,94 triliun di 2023. Sementara, Bank Danamon per November 2023 mencatat laba tahun berjalan senilai Rp 3,25 triliun.
“Dalam hal pengembalian profitabilitas ya hasilnya seperti yang dilihat di informasi publik dari kami masing-masing,” ujar Nakajima.
Ia pun menyebutkan investasi di Indonesia memiliki pasar yang lebih menggiurkan dibandingkan dengan investasi MUFG yang dilakukan di Thailand. Mengingat, MUFG sudah melakukan investasi besar di Thailand sejak 10 tahun yang lalu.
Melihat keberhasilan yang didapat dari investor asing di perbankan tanah air, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan bilang bahwa hal tersebut yang perlu dicontoh oleh investor asing yang baru berinvestasi di Indonesia seumur jagung.
Ia bilang satu hal yang bisa dicontoh dari investor asing yang lama tersebut adalah konsistensi dan komitmen untuk mengembangkan bank yang dimiliki di Indonesia. Walau terjadi naik turun kondisi ekonomi global namun tetap komit untuk bersama bank yang dimiliki.
Baca Juga: Kader Gerindra ini setuju Kookmin menguasai Bank Bukopin
Memang, dalam 2 tahun biasanya investor sudah mulai melihat apakah bank yang dimiliki prospektif atau tidak. Namun, jika masih bisa diperbaiki, investor perlu melakukan pembenahan karena pasar Indonesia masih prospektif.
“Di samping karena keuntungan dan prospek yang menjanjikan, investor juga memperoleh keuntungan dari kenaikan valuasi harga dari bank yang dimiliki,” ujar Trioksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News