kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investor asing ramai-ramai membidik bank di Tanah Air, inikah alasannya?


Kamis, 16 Juli 2020 / 20:48 WIB
Investor asing ramai-ramai membidik bank di Tanah Air, inikah alasannya?
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Bukopin, Jakarta, Selasa (30/06). Beberapa tahun belakangan industri perbankan tanah air terus dibidik oleh sejumlah investor asing. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa tahun belakangan industri perbankan tanah air terus dibidik oleh sejumlah investor asing. Sepanjang 2020 saja, Kontan.co.id mencatat setidaknya ada empat bank tanah air yang diakuisisi atau porsi kepemilikan asingnya bertambah signifikan.

Aksi paling spektakuler dilakukan oleh Bangkok Bank yang mengakuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari PT Astra International Tbk (ASII), dan Standard Chartered Bank (SCB). Aksi yang dimulai Desember tahun lalu ini rampung pada Mei 2020, Bangkok Bank merogoh Rp 33,66 triliun buat ambil 89,12% saham Bank Permata milik Astra dan SCB.

Baca Juga: OJK buka opsi perpanjang restrukturisasi? Begini kata bankir

Selanjutnya ada KB Kookmin Bank yang setelah melalui drama dengan pemegang saham PT Bosowa Corporation, akhirnya didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengempit 67% saham PT Bank Bukopin Tbk (BBKP).

Kookmin Bank berkomitmen menyediakan dana US$ 200 juta untuk jadi pengendali menggantikan Bosowa sekaligus untuk membantu masalah likuiditas Bank Bukopin. Kini Bank Bukopin juga tengah mempersiapkan aksi private placement guna memuluskan rencana Kookmin

Kemudian ada Kasikorn Bank yang juga berminat meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Bank Maspion Tbk (BMAS) hingga menjadi 40%. April lalu Kasikorn Vision Co Ltd (KVision), entitas anak KAsikorn Bank teken perjanjian jual beli saham dengan PT Alim Investindo, PT Maspion, PT Husin Investama, PT Maspion Investindo serta lima pemegang saham individual untuk membeli 30,01% saham Bank Maspion.

“Nilai tambahan modal dari Kasikorn minimal Rp 3 triliun. Modal tambahan ini akan digunakan untuk memenuhi ketentuan modal inti dari OJK minimum Rp 3 triliun pada 2022, selain itu untuk pengembangan IT,” kata Bos Maspion Grup Markus Alim kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Baca Juga: Pindad akan cari pendanaan bank untuk kejar pesanan amunisi Kementerian Pertahanan

Meskipun bakal mengempit hingga 40% saham Bank Maspion, Alim bilang pengendalian Bank Maspion kelak akan tetap digenggam oleh Maspion Grup.

Sementara yang teranyar tersiar kabar dari PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) kabarnya bakal berganti pengendali terakhir, Dato Sri tahir bakal digusur oleh Cathay Life Insurance Co Ltd. Sayang belum ada kepastian soal ini, Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Tahir bilang belum ada pembicaraan soal ini.

Meski demikian, Deputi Dewan Komisioner Pengawasan Bank III OJK Slamet Edy Purnomo bilang Cathay telah menggelar uji tuntas untuk menambah kepemilikan sahamnya di Bank Mayapada. “Uji tuntas masih proses finalisasi, belum selesai,” katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).

Sementara Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi memang juga tak mau banyak bicara soal rencana bakal pindahnya pengendalian terakhir Bank Mayapada. Meskipun ia mengaku Cathay memang punya rencana untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di perseroan.

Baca Juga: BI masih yakin rupiah tetap perkasa di tahun ini, simak alasannya

Cathay sejatinya juga merupakan pengendali di Bank Mayapada sejak 2017 lalu, saat ia membeli 15,10% saham perseroan yang dimiliki Brilliant Bazzar Pte Ltd. Pascatransaksi, Cathay kemudian mengempit 40% kepemilikan saham Bank Mayapada.

Setelahnya, Cathay juga terus mempertahankan komposisi 40%. Cathay berpartisipasi dalam rights issue pada 2017 enggan mengucurkan Rp 400 miliar, dan pada 2018 dengan menyetor Rp 800 miliar. Baru pada tahun lalu, Cathay alpa ikut rights issue, ini yang bikin kepemilikan sahamnya terdilusi menjadi 37,33% hingga kini.

Mengakomodasi rencana Cathay untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya, Hariyono bilang perseroan bisa menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement,

“Kalau melihat opsi yang bisa dilakukan di pasar, kemungkinan bisa dilakukan melalui private placement akhir tahun. Namun hingga kini Belum ada pembicaraan terkait komposisi, jumlah saham yang akan diambil. Kami juga tidak mau terlalu banyak bicara soal itu, karena bukan ranah kami. Intinya sekarang masih berlangsung pembicaraan dengan OJK, Cathay, dan PSPT” katanya di Jakarta, Kamis (16/7).

Baca Juga: LPS: Beleid penempatan dana LPS ke perbankan bakal terbit besok

Sementara sebelumnya kepada Kontan.co.id, Hariyono bilang, selain guna bikin tebal modal perseroan, rencana Cathay menambah modal sejatinya seiring rencana ekspansi perseroan pascapandemi yang diprediksi bakal menerima banyak permintaan kredit.

Pandemi tak bisa disangkal memang jadi salah satu pemicu maraknya aksi investor asing berekspansi pada industri perbankan tanah air. Maklum industri perbankan juga ikut goyah menghadapi pandemi. Bank Bukopin, dan Bank Mayapada jadi salah satu yang kena imbas.

Adapun Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai masih tingginya minat investor asing masuk menandakan industri perbankan tanah air masih menarik.

Baca Juga: Ekonom: Ini penurunan suku bunga acuan terakhir oleh Bank Indonesia di 2020

“Jumlah penduduk Indonesia besar, bisnisnya juga banyak, dengan potensi tersebut investor asing biasanya masuk Indonesia untuk jangka panjang,” katanya kepada Kontan.co.id.

Adapun Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan meskipun banyak ekspansi dari investor asing, namun kebanyakan bank yang dibidik bukan bank besar.

Di sisi lain, struktur perbankan nasional sejatinya dikuasai oleh para bank-bank besar. Ini juga bikin sulit buat investor asing mendirikan bank anyar dan melakukan pengembangan. Contoh menarik terjadi pada PT Rabobank Internasional Indonesia yang justru kolaps dan diambil alih oleh bank tanah air yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Baca Juga: Tambah modal, Bank Mayapada buka opsi private placement buat Cathay Life

“Bank lokal sekarang jauh lebih unggul dibandingkan bank asing di Indonesia. Beda konteksnya dengan zaman dulu. Bank asing yang mencoba dari nol malah kesulitan bersaing, sulit mengalahkan big four (BRI, Mandiri, BCA, BNI). Investor asing sulit bersaing di sini, malah kebanyakan menjadi pemain tier 2,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×