Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana PT Superbank Indonesia untuk melangsungkan penawaran umum perdana saham (IPO) mulai memantik kembali perhatian investor terhadap segmen bank digital.
Setelah beberapa tahun terakhir saham-saham bank digital bergerak fluktuatif dan cenderung terkoreksi, kabar masuknya pemain baru ke lantai bursa diperkirakan dapat menjadi sentimen segar bagi sektor ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai,kehadiran Superbank dengan dukungan ekosistem raksasa seperti Grab dan GoTo berpotensi mengangkat kembali perhatian investor terhadap saham-saham bank digital yang sebelumnya sempat lesu.
Baca Juga: Saham Bank-Bank Digital Menghijau, Cermati Rekomendasi Analis
Nafan mengatakan, integrasi Superbank dengan dua ekosistem besar tersebut dapat menjadi penguat utama bagi pertumbuhan basis nasabah dan perluasan layanan.
“Keterhubungan dengan Grab maupun GoTo dapat memperkuat posisi nasabah serta menawarkan layanan yang lebih luas. Dalam beberapa kasus sebelumnya, IPO besar sektor perbankan atau fintech biasanya cukup menarik perhatian investor,” ujar Nafan kepada kontan.co.id, Kamis (27/11/2025).
Meski demikian, menurut Nafan prospek cerah tersebut tetap dibayangi sejumlah tantangan. Persaingan bank digital yang semakin ketat masih menjadi risiko utama.
Selain itu, ekspansi kredit yang agresif dikhawatirkan membuka potensi meningkatnya risiko gagal bayar jika tidak dibarengi dengan manajemen risiko yang kuat.
Baca Juga: Saham Bank-Bank Digital Menghijau, Begini Rekomendasi Analis
“Risk management, khususnya untuk kredit, harus diprioritaskan. Ekspansi cepat tanpa mitigasi risiko yang baik bisa berujung pada lonjakan non-performing loan,” tegas Nafan.
Sementara itu, beberapa saham bank digital yang sebelumnya direkomendasikan seperti Bank Jago (ARTO) dan PT Bank Raya Tbk (ARGO) dinilai telah mencapai target harga dengan baik. Namun, Nafan mengingatkan investor agar tetap berhati-hati dan menunggu konfirmasi pergerakan harga.
“Kita harus wait and see price action. Kalau price action mendukung, saya bisa kembali merekomendasikan secara teknikal,” ujarnya.
Ke depan, tren penurunan suku bunga acuan juga menjadi faktor yang berpotensi memberikan angin segar bagi bank digital.
Turunnya bunga acuan diyakini dapat memperbaiki likuiditas perbankan digital, sehingga mendorong ekspansi kredit dengan biaya pendanaan lebih rendah.
“Kalau tren suku bunga terus menurun, likuiditas bank digital bisa meningkat. Ini mempermudah ekspansi kredit sekaligus membantu memitigasi risiko kredit karena cost of borrowing turun,” jelasnya.
Baca Juga: Segera IPO, Superbank Tawarkan 4,4 Miliar Saham, Berpotensi Raup Rp 3,06 Triliun
Dengan momentum IPO Superbank dan peluang perbaikan likuiditas, sektor bank digital diperkirakan kembali mencuri perhatian. Namun, investor disarankan tetap mencermati daya saing, kualitas aset, serta eksekusi manajemen risiko masing-masing bank sebelum mengambil posisi.
Adapun Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, kehadiran Superbank yang memiliki dukungan dari Grab, Singtel, dan GoTo dapat membawa dinamika baru di pasar.













