kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga dana murah, NIM bank di tanah air masih jumbo


Rabu, 29 Juli 2020 / 06:20 WIB
Jaga dana murah, NIM bank di tanah air masih jumbo


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam situasi pandemi Covid-19, kemampuan perbankan untuk mencetak laba dimungkinkan akan tergerus. Bukan tanpa sebab, permintaan kredit yang melambat dibarengi dengan risiko yang tinggi membuat mesin pencetak laba perbankan tak berfungsi maksimal.

Di sisi lain, beban bunga terus bergulir. Alhasil, tidak mengagetkan kalau margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan bakalan menciut. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang tetap mencatatkan penurunan NIM per Semester I 2020.

Baca Juga: Pendapatan fee dan komisi BCA hanya tumbuh 1,7% pada semester I 2020

Merujuk laporan keuangan perseroan, per Juni 2020 NIM BCA ada di level 6%. Kendati masih tinggi, posisi ini menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni 6,2%. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, tren NIM di tahun ini hampir dipastikan akan terus mengalami penurunan.

Penyebabnya antara lain besarnya jumlah restrukturisasi yang dilakukan perankan. Pemberian restrukturisasi ini sudah pasti akan menggerus pendapatan bunga bank, lantaran banyaknya keringanan yang diberikan.

"Kuartal II 2020 itu sudah masuk program restrukturisasi, dan banyak penurunan lending rate. Walau berbeda-beda tergantung nasabah," katanya dalam Virtual Conference di Jakarta, Senin (27/7).

Lebih lanjut, Dia juga mengatakan kondisi perekonomian saat ini memang sedang lesu. Praktis, hampir seluruh sektor kredit terkena dampak Covid-19. Akibatnya, permintaan kredit baru pun pasti melambat.

Lalu, di sisi lain masih adanya beban bunga yang mesti dibayarkan perbankan. Lalu dibarengi dengan tren penurunan bunga acuan yang terus dilakukan Bank Indonesia (BI). "Bunga kredit kita memang sudah ada penurunan, walau tidak merata. Begitu juga dengan bunga dana deposito," sambungnya.

Baca Juga: Walau menurun, NIM bank di Indonesia masih tertinggi se-Asia

Kabar baiknya, BCA masih sangat kuat dari sisi dana murah (CASA). Tingkat dana murah yang tinggi ini otomatis membuat biaya dana perseroan menjadi lebih kecil.

Catatan saja, CASA BCA per Juni 2020 ada sudah sebesar Rp 575,97 triliun meningkat 12,8%. Rasio dana murah juga mampu dijaga stabil di level 75,6% nyaris tidak bergerak dari periode setahun sebelumnya.

CASA yang jumbo ini ujungnya membuat biaya dana alias cost of fund (CoF) bank bersandi bursa BBCA ini sangat kecil yakni 1,54% per Juni 2020. Jauh menurun dari periode setahun sebelumnya 2,02%.

Hal yang hampir serupa juga terjadi di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim). Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha bilang per Mei 2020 posisi NIM perseroan ada di level 5,88%.

Baca Juga: Nilai dividen tahun depan diprediksi turun, pilih emiten dengan yield di atas 3%

Kendati diterpa pandemi, Ferdian optimistis pihaknya akan tetap bisa menjaga NIM hingga akhir tahun. "Kami harapkan NIM bisa 5,8%-6% di akhir tahun. Dengan lebih mencoba menjaga CoF," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/7). Bank bersandi bursa BJTM ini memang terbukti mampu menjaga biaya dana.

Catatan perseroan, per Mei 2020 CoF sudah melandai ke level 2,9%. Justru menurun dari posisi Mei 2019 sebesar 3,2%. "Kami lakukan evaluasi, terutama suku bunga mahal di deposito. Karena memang trennya di industri juga turun (bunga deposito)," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×