Reporter: Mona Tobing |
JAKARTA. Rencana Jamsostek terjun ke bisnis syariah segera terealisir. Melalui anak usahanya yang baru, Jamsostek akan memulai bisnis itu pada semester II tahun ini. Bisnis syariah tersebut bakal menyasar sektor riil.
Anak usaha baru itu adalah Indonesia Investment Company (IIC). Ini merupakan bisnis patungan Jamsostek dengan Islamic Corporation for The Development of The Private Sector (IDC). IDC merupakan anak usaha Islamic Development Bank (IDB) yang berbasis syariah.
Evlyn G. Masassya, Direktur Investasi Jamsostek menjelaskan, pihaknya akan menyetorkan modal Rp 1 triliun pada anak usaha itu. Ini menjadikan Jamsostek sebagai pemegang saham mayoritas, yakni sebesar 55%. Sementara IDC mengantongi saham 45%.
Jamsostek sudah merencanakan IIC sebagai perusahaan investasi sejak tahun 2009. Awalnya, perusahaan itu bakal bernama Jamsostek Investment Company (JIC), tapi belakangan berganti nama. Selain itu, Jamsostek juga pernah menargetkan operasional perusahaan itu pada tahun 2011. "Kami sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)," tandas Evlyn, usai rapat kerja dengan DPR, Kamis (16/2).
Kini manajemen Jamsostek tinggal tahap finalisasi pendirian usaha tersebut. Bahkan, Jamsostek sudah melaksanakan perekrutan beberapa sumber daya manusia yang strategis untuk menjalankan anak usaha baru tersebut. "Semester pertama ini melakukan berbagai persiapan, merekrut SDM dan pematangan pendirian perusahaan," kata Evlyn.
Bila tahapan itu berjalan lancar, perusahaan akan beroperasi dengan menyasar sektor riil khususnya infrastruktur dan power plant. Manajemen memilih bisnis ini karena potensi pasar yang besar. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan banyak pembangunan sarana infrastruktur dan pembangkit listrik.
Sekadar mengingatkan, JIC merupakan bagian rencana Jamsostek Incorporated. Nanti, Jamsostek Incorporated membawahi 6 anak usaha.
Bagi Jamsostek, investasi penyertaan langsung itu tampaknya mudah. Perusahaan ini memiliki dana investasi hingga Rp 44,6 triliun di tahun 2012. Dari jumlah itu, porsi investasi pada portofolio penyertaan langsung sebesar
Rp 1,5 triliun atau 1,2%.
Dana tak bertuan tak tuntas
Dua tahun lebih Jamsostek ingin mengembalikan "dana tak bertuan", tapi belum sepenuhnya berhasil. Dari dana Rp 4,4 triliun, baru Rp 500 miliar yang sudah tersalurkan.
Hotbonar Sinaga, Direktur Utama Jamsostek, mengaku kesulitan mengembalikan dana itu. Apalagi, banyak perusahaan bekas tempat bekerja peserta Jamsostek yang sudah tutup. "Alamat terakhir pemiliknya susah ditemukan," kata Hotbonar, kemarin.
Manajemen juga sudah membuka layanan jarak jauh melalui telepon 121. Namun, hanya sedikit peserta Jamsostek yang mencairkan dana itu.
Mengingatkan saja, dana tak bertuan adalah uang milik peserta Jamsostek yang telah mengendap sekitar 33 tahun, tapi lupa dicairkan. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News