kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jasindo & Tugu Pratama rambah bisnis baru


Senin, 02 September 2013 / 10:52 WIB
Jasindo & Tugu Pratama rambah bisnis baru
ILUSTRASI. Sore Ini Ditutup, Segera Simpan Permanen Akun LTMPT dengan Cara Ini


Reporter: Mona Tobing |

JAKARTA. Dua asuransi umum pelat merah kompak merambah bisnis baru. Mereka adalah Jasindo dan Tugu Pratama Indonesia.

Jika tidak ada onak dan duri, Jasindo berencana membangun perusahaan asuransi patungan dengan Bank Tabungan Negara (BTN) di semester pertama tahun depan. BTN sendiri sudah  mencantumkan rencana tersebut dalam rencana bisnis bank (RBB) ke Bank Indonesia (BI).

Sahata L. Tobing, Direktur Operasi Ritel Jasindo mengatakan, Jasindo akan menanam modal sekitar Rp 100 miliar  ke bisnis baru tersebut.  Jasindo berharap menguasai mayoritas kepemilikan. Salah satu sumber dana berasal dari penjualan saham di Asuransi Allianz Utama Indonesia sebanyak 25%. "Pilihannya, membentuk dan membangun sendiri dari awal, tidak dengan cara akuisisi," kata Sahata. Jasindo dan BTN masih merundingkan nama perusahaan baru ini.

Bagi Jasindo memiliki asuransi sehat penting untuk memperbaiki kinerja. Selama ini, kontribusi laba anak usaha Jasindo 10% dari total laba. Belum lagi, asuransi BUMN ini sempat merugi Rp 30 miliar setahun lalu dari lini bisnis asuransi kesehatan.

Dari sisi perolehan premi Jasindo, menurun 8% pada Juli lalu. Jika hingga Juli 2012  premi Jasindo mencapai
Rp 2,3 trilun, Juli 2013 premi turun menjadi Rp 2,17 triliun.

Sebanyak 33% kontribusi premi berasal dari asuransi properti. Sedangkan dari asuransi penerbangan (aviation) sebesar 18%, minyak dan gas 14%, marine cargo 10%, dan kendaraan sebesar 8%.

Sementara tahun depan, Tugu Pratama berencana terjun ke sektor small medium enterprise (SME). Beberapa produk baru mencakup, asuransi mikro untuk usaha kecil menengah (UKM), asuransi kendaraan dan asuransi perjalanan.

Choky L. Tobing, Direktur Tekhnik Tugu Pratama Indonesia mengakui, kelemahan perusahaan adalah tidak memiliki bisnis ke sektor kecil menengah. Sebanyak 90% portofolio perlindungan menyasar korporasi besar. Akibatnya, perusahaan kerap dipandang melempar biaya reasuransi ke luar negeri.

Perusahaan  ingin menyeimbangkan portofolio, menjadi 50% untuk korporasi besar dan 50% di ritel, termasuk SME. Dengan begini, perusahaan akan lebih banyak mengelola premi sendiri atau retensi sendiri.

Paling lambat semester pertama tahun depan, Tugu Pratama mulai menjual produk tersebut. Rencananya, perusahaan ini merilis sepuluh produk SME. Tugu Pratama juga akan membuka 2-4 kantor cabang baru. Asuransi umum ini  akan menggunakan jalur penjualan langsung, broker, institusi dan keagenan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×