kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang Holding BUMN Keuangan, bank syariah disiapkan IPO


Minggu, 25 Maret 2018 / 14:26 WIB
Jelang Holding BUMN Keuangan, bank syariah disiapkan IPO
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah di Bank Mandiri Syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mematangkan rencana penggabungan perusahaan pelat merah dalam bendera holding. Salah satunya yakni holding industri jasa keuangan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, saat ini bank pelat merah bersama dengan perusahaan keuangan BUMN masih menunggu langkah dari Kementerian BUMN.

Tiko, sapaan akrab Kartika menyebut, pemerintah masih lebih banyak fokus terlebih dahulu dalam rencana pembentukan holding minyak dan gas (migas) yang kini dalam tahap finalisasi.

"Holding bank masih menunggu migas dulu, setelah itu selesai baru kami diskusi lagi dengan holding keuangan," kata Tiko, Rabu (21/3).

Rencana IPO bank syariah

Bukan hanya nasib lembaga jasa keuangan saja yang akan dibahas nantinya, melainkan rencana ekspansi anak-anak usaha bank BUMN, dalam hal ini bank syariah milik empat bank pelat merah.

Untuk anak usaha syariah milik Bank Mandiri yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM), menurut Kartika, pihaknya akan menyetujui rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) BSM.

Namun, ada hal yang menjadi pertimbangan induk, yaitu BSM harus memiliki return on equity (ROE) di atas level 10%. Gambaran saja, per akhir 2017 lalu ROE BSM berada di posisi 5,71%. Jumlah ini turun 1% poin dari posisi akhir tahun 2016.

Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Perusahaan BSM Rizky Wisnoentoro menjelaskan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut ke Bank Mandiri selaku pemegang saham.

"Terkait IPO, tentu kami serahkan sepenuhnya kepada pemegang saham," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/3). Menurut Rizku, pihaknya masih akan fokus terlebih dahulu dalam peningkatan kinerja perseroan. Fokus utamanya antara lain dengan meningkatkan pembiayaan di segmen ritel, konsumer serta mendorong pertumbuhan dana murah.

Gambaran saja, tahun lalu BSM membukukan laba bersih sebesar Rp 365 miliar. Angka tersebut naik 12,22% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara daroi sisi pembiayaan tercatat kenaikannya mencapai 9,2% yoy.

Bukan hanya BSM yang diisukan akan melakukan IPO, PT Bank BRI Syariah bahkan telah terang-terangan menyebut bakal melantai di bursa tahun ini.

Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani mengatakan pihaknya pun telah mendapatkan lampu hijau dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terkait rencana ini.

"Sudah ada restu dari induk, Insya Allah niat baik kami dapat berjalan sesuai target, tahun ini," ujar Indri. Sebelumnya, BRI Syariah merencanakan akan melepas hingga 30% sahamnya yang bakal dilakukan pertengahan tahun 2018 ini.

Empat penjamin pelaksana emisi ditunjuk dalam gelaran aksi korporasi ini yakni PT Bahana Sekuritas, PT Danreksa Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Indopremier Securities. Langkah IPO ini dilakukan BRI Syariah agar menambah besaran modal dan naik kelas ke bank umum kelompok usaha (BUKU) III dengan modal inti Rp 5 triliun.

Catatan saja, saat ini BRI Syariah baru memiliki modal inti sebesar Rp 2,45 triliun. Berbeda dengan BSM dan BRI Syariah, anak usaha syariah milik PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) justru akan digabung alias merger.

Hanya saja, kedua belah pihak mengatakan sampai saat ini hal tersebut masih sebatas wacana dan belum ada pembahasan lebih dalam.

"Untuk aksi korporasi pertumbuhan anorganik belum ada pembahasan lebih lanjut, belum bisa komentar," kata Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati.

Sementara itu, Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso menjelaskan perseroan masih menunggu proses holdingisasi perusahaan jasa keuangan dan perbankan rampung.

"Penggabungan UUS BTN dengna anak perusahaan BUMN sampai saat ini masih menunggu proses holding. Jadi untuk sementara masih berupa draft kajian," ungkapnya.

Mahelan sebelumnya menjelaskan, bila rencana tersebut berjalan, pihak BTN akan terlebih dahulu melakukan pelepasan UUS alias spin off. Setelah itu baru akan dilakukan merger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×