Reporter: Roy Franedya | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Perbankan kurang ekspansif menyalurkan kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM). Buktinya, selama Januari-Juli pengucuran kredit baru UMKM hanya mencapai 33% dari rencana bisnis bank (RBB). Nilainya Rp 49,83 triliun. Dalam RBB yang diserahkan ke Bank Indonesia (BI) akhir 2011, perbankan berencana menyalurkan kredit UMKM Rp 151 triliun.
Definisi kredit UMKM mengacu ke Undang-Undang UMKM tahun 2008, yakni kredit untuk kegiatan produktif. Sebelum ada redefinisi, kredit UMKM yang dilaporkan bank masih tumpang tindih dengan kredit tanpa agunan (KTA), sehingga nilainya terlihat sangat besar. Hingga Juli total kredit UMKM (outstanding) capai Rp 681 triliun, tumbuh 20,4% (year on year/yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Kredit, BPR dan UMKM BI, Zainal Abidin, mengatakan dibandingkan tahun lalu, pencapaian tahun ini lebih rendah. Pada Juni 2011 penyaluran kredit sudah mencapai 40% dari RBB. Kondisi ini disebabkan dua hal. Pertama, faktor Ramadan. Biasanya, selama bulan puasa, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di sektor konsumsi, sementara kredit produktif melambat.
Kedua, pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada tahun lalu. Jika tahun lalu, pertumbuhan kuartal I dan II masing-masing 6,5%, pada kuartal I dan II 2012 tumbuh masing-masing 6,3% dan 6,5%.
BI mengaku sudah memanggil perbankan untuk memverifikasi masalah ini. Dan mereka optimistis, target kredit tetap tercapai. "Semester II ini kredit akan digenjot. Dalam revisi RBB, tak ada bank yang menurunkan target kredit UMKM," ujarnya, Senin ( 3/9).
Direktur Departemen Kredit, BPR dan UMKM BI, Y Santoso Wibowo, mengatakan saat ini pangsa kredit UMKM mencapai 21% dari total kredit. Non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah mencapai 3,8%.
Sektor perdagangan menjadi penyerap kredit terbesar. Porsinya 46,6% atau Rp 230 triliun. Kemudian diikuti industri pengolahan 10,5% dan pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 7,8%.
Santoso menambahkan, NPL rendah membuktikan perbankan mengelola portopolio kredit UMKM dengan hati-hati. "NPL kredit usaha rakyat (KUR) sebelum penjaminan mencapai 6,7% tetapi pengaruhnya tidak signifikan terhadap kredit UMKM karena outstandingnya baru Rp 79 triliun," tukasnya.
Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, menambahkan perlu meningkatkan kredit UMKM untuk mendorong munculnya kewirausahaan. Maklum, kewirausahaan di Indonesia relatif rendah, yani 1,56%. Sementara Malaysia, Thailand dan Singapura sudah di atas 4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News