Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan di Indonesia gencar mengurangi jumlah kantor cabangnya. Hal ini seiring dengan beralihnya fokus perbankan pada teknologi dan inovasi digital.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank umum di Indonesia per Juni 2024 ada sebanyak 24.170 unit. Jumlah ini susut 614 unit secara tahunan dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 24.784 unit dan menyusut 20 unit dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Jika dikelompokkan berdasarkan bank, Bank Persero mencatatkan penyusutan unit paling banyak. Tercatat, per Juni 2024 jumlah kantor Bank Persero mencapai 12.364. Secara tahunan angka ini mengalami penyusutan 340 unit dari sebelumnya 12.704 unit pada Juni 2023.
Sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) mencatatkan jumlah kantor cabang menjadi 4.046 unit per Juni 2024, secara tahunan jumlah unit mengalami penyusutan empat unit dari 4.050 per Juni 2023.
Baca Juga: BRI Danareksa Sekuritas Resmikan Relokasi Kantor Cabang Medan Perkuat Distribusi
Selanjutnya, bank swasta nasional mencatatkan penyusutan 266 unit menjadi 7.741 dari periode sama tahun sebelumnya 8.007 unit.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatatkan penyusutan jumlah cabang mencapai 100 unit, dari sebanyak 2.327 unit per Juni 2023 menjadi 2.227 unit per Juni 2024.
Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri, Aquarius Rudianto, menjelaskan, penataan jaringan kantor cabang merupakan bagian dari strategi Bank Mandiri dalam mengembangkan jaringan kantor mengedepankan kebutuhan nasabah, inovasi digital, serta dinamika perkembangan potensi bisnis di wilayah.
"Dengan fokus pada teknologi dan inovasi digital di cabang, bank dapat mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik, dan menciptakan pengalaman perbankan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan kepuasan nasabah," ucap Aquarius kepada kontan.co.id, Rabu (28/8).
Baca Juga: Sebelum Tukar Valas, Intip Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Kamis (29/8)
Aquarius menyebut, pada prinsip pengelolaan human capital Bank Mandiri adalah "No One Left Behind". Menurutnya, dengan adanya penyesuaian jumlah cabang, strategi bank Mandiri adalah melakukan talent profiling untuk selanjutnya dilakukan re-skill dan up-skill. Sehingga pegawai dapat dilakukan re-positioning untuk role lain yang menjadi fokus pemenuhan bank.
PT Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) juga mencatatkan penyusutan jumlah dari sebanyak 737 unit per 2023 lalu dengan rincian 6 Kantor Wilayah, 81 Unit Kantor Cabang, 541 Kantor Cabang Pembantu. Sedangkan, untuk jaringan Perbankan Syariah, memiliki 34 Kantor Cabang Syariah dan 75 Kantor Cabang Pembantu Syariah di seluruh Indonesia.
Adapun per Juni 2024 jumlahnya menjadi 735 unit. Dengan rincian 4 Kantor Wilayah, 82 Unit Kantor Cabang, 539 Kantor Cabang Pembantu. Sedangkan, untuk jaringan Perbankan Syariah, memiliki 34 Kantor Cabang Syariah dan 76 Kantor Cabang Pembantu Syariah di seluruh Indonesia.
Baca Juga: BNI dan Kemlu Kolaborasikan Kartu Masyarakat Indonesia di Luar Negeri
Direktur Distribution and Institutional Funding BTN Jasmin mengatakan, perkembangan teknologi informasi yang cepat telah membawa kehidupan masyarakat memasuki era digital termasuk dalam perubahan dari physical economy menjadi digital economy yang mendorong perbankan masuk dalam era digitalisasi, sehingga saat ini penambahan jaringan kantor tidak menjadi fokus yang utama.
"Rencana penambahan 1 KCP baru & penutupan 4 KCP sampai dengan akhir tahun," ujar Jasmin.
Jasmin mengaku, kendati adanya pengurangan kantor cabang hal ini tidak membuat adanya pengurangan SDM, melainkan ahli fungsi SDM menjadi sales, sehingga bisa mendorong percepatan bisnis BTN.
"Dari sisi transaksi, juga tidak terdampak secara signifikan karena terjadi peningkatan pada transaksi digital yang dibuktikan dengan jumlah transaksi BTN Mobile yang meningkat 165% yoy pada Juni 2024," imbuhnya.
Baca Juga: Simak Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Selasa 27 Agustus 2024, Penukaran Valas
Dari bank Himbara lain ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang mencatatkan penyusutan jumlah kantor sebanyak 274 unit secara tahunan per Juni 2024 menjadi 7.706 unit dari periode sama tahun sebelumnya sebanyak 7.980 unit.
Selanjutnya, ada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang juga mencatatkan penyusutan jaringan kantor cabang mencapai 19 unit dari semula 1.798 unit pada Juni 2023 menjadi 1.779 unit pada Juni 2024.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA justru mengakui tak pernah menutup kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Di tengah banyaknya penutupan kantor cabang bank, BCA malahan menambah jumlah kantor cabang setiap tahunnya.
Adapun rata-rata peningkatan kantor cabang BCA mencapai 15 hingga 20 lokasi, baik cabang pembantu maupun cabang utama.
Baca Juga: Transaksi Terus Menurun, Masihkah Kartu ATM Dibutuhkan?
“Justru kami malah tambah cabang setiap tahun, rata-rata 15-20 lokasi. Bisa cabang pembantu, cabang utama, rata-rata cabang pembantu untuk awalnya atau kantor kas,” jelas Direktur BCA Vera Eve Lim.
Alasan di balik penambahan jumlah kantor cabang disebut Vera dikarenakan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah yang terus berkembang. Sehingga, aktivitas ekonomi juga akan semakin bertambah, khususnya pada layanan perbankan.
Menurut Vera, aktivitas nasabah untuk bertransaksi dalam jumlah besar seperti setor tunai hingga pengajuan kredit juga masih mengharuskan dilakukan di kantor cabang dan tidak bisa dilakukan secara digital.
Ia pun optimistis layanan bank melalui kantor cabang masih memiliki porsi yang cukup besar untuk kebutuhan nasabah ke depan.
Baca Juga: BNI Akan Buka Kantor Cabang di Australia
Adapun Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, pengurangan kantor cabang tujuannya adalah untuk efisiensi operasional.
“Ketika hitung-hitungan bank, kantor cabang tersebut kurang efisien bagi bisnis maka akan dipangkas terutama dengan masuknya digitalisasi sehingga layanan bank bisa diganti dengan digitalisasi,” katanya.
Trioksa menyebut, tren ke depannya jumlah kantor cabang diprediksi akan semakin berkurang terutama bila semakin banyak layanan operasional bank dapat digantikan dengan digitalisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News