Reporter: Roy Franedya | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kurang tingginya daya serap sektor riil terhadap pembiayaan perbankan menyebabkan penyaluran kredit kurang maksimal. Lihat saja, jumlah dana kredit perbankan yang belum ditarik oleh nasabah (undisbursed loan) semakin besar. Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah undisbursed loan per Juni 2012 mencapai Rp 747,79 triliun. Angka ini lebih tinggi 21,76% dibandingkan posisi Juni 2011.
Tren peningkatan undisbursed loan telah berlangsung sejak Oktober 2011. Pada periode itu, fasilitas kredit yang ngganggur di brankas bank mencapai Rp 641,71 triliun. Sementara, hingga Juni kemarin, rincian undisbursed loan terdiri dari committed Rp 277,85 triliun dan uncommitted Rp 469,94 triliun.
Sebenarnya jika debitur mencairkan semua fasilitas kreditnya, perbankan masih memiliki likuiditas cukup. Pasalnya, rasio aset likuid mencapai 18,98%. Terdiri dari aset likuid primer Rp 574,17 triliun dan aset likuid sekunder Rp 141.55 triliun.
Helmi Arman, Vice President Economist Asia Pasific Economic and Market Analysts Citibank Indonesia, mengatakan salah satu penyebab masih tingginya undisbursed loan karena penurunan ekspor. Walhasil, perusahaan hanya memaksimalkan kapasitas produksi yang ada dan tidak perlu melakukan perluasan produksi.
Tanpa perluasan produksi, pengusaha tidak perlu mencairkan fasilitas pinjaman di perbankan. "Indonesia banyak mengimpor komoditas, jika permintaan dari global melemah, perusahaan tak perlu ekspansi," ujarnya pekan lalu.
Rights issue dan IPO
Penurunan ekspor juga mendorong penurunan impor. Maklum, kebanyakan impor merupakan bahan baku ekspor. Sebagai contoh, banyak pengusaha Indonesia yang mengimpor alat berat untuk mendukung eksploitasi barang tambang atau membantu pengelolaan perkebunan. "Semester II, impor berpotensi turun sehingga undisbursed loan perbankan masih akan tinggi," tambah Helmi.
Evi Firmansyah, Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) menduga ada dua hal yang menyebabkan peningkatan undisbursed loan. Yakni, antisipasi keadaan ekonomi ekonomi yang belum cerah khususnya untuk ekspor baik sektor manufaktur, komoditi, dan tambang.
Faktor lain, debitur perbankan memperoleh dana dari penerbitan obligasi dan penawaran saham terbatas (right issue). "Atau bahkan, pengusaha sudah mendapat dana dari penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) sehingga komitmen kredit yang ada tidak perlu dicairkan terlebih dahulu," ujar Evi.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), mengatakan undisbursed loan banyak terjadi pada pembiayaan infrastruktur, yang pencairannya berdasarkan kemajuan pembangunan proyek. "Bagi bank masalahnya di pendanaan dan biasa terjadi pada bank swasta menengah dan kecil, sebab pendanaannya jangka panjang harusnya dibiayai dengan obligasi," ujarnya. Tapi, walau undisbursed loan terus naik, laba bank tetap meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News