kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jumlah kredit menganggur Rp 859 triliun


Senin, 13 Mei 2013 / 10:22 WIB
Jumlah kredit menganggur Rp 859 triliun
ILUSTRASI. Promo Traveloka Payday, Diskon Bus & Travel s.d Rp50.000 Serta Tambahan Diskon 38%


Reporter: Dessy Rosalina, Nina Dwiantika |

JAKARTA. Rupanya masih banyak debitur yang belum memanfaatkan kredit yang sudah mendapat persetujuan bank. Perbankan mencatat, banyak permintaan kredit yang belum dicairkan.

Mengutip data statistik Bank Indonesia (BI), hingga akhir Februari lalu jumlah kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) mencapai Rp 859,3 triliun. Jumlah ini meningkat 21,8% dibandingkan Februari 2012 di posisi
Rp 705,3 triliun.

Di mana saja onggokan kredit menganggur tersebut? Mari kita tengok ke Bank Central Asia (BCA). Hingga akhir Maret, bank milik Grup Djarum ini masih menyimpan undisbursed loan sebesar
Rp 60 triliun. Jika dibandingkan total kredit yang mengucur di kuartal satu lalu sebanyak Rp 264 triliun, jumlahnya setara 24%.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan saat ini kredit yang belum ditarik didominasi jenis kredit modal kerja. Dia menyebutkan, secara musiman, kredit yang belum ditarik di  kuartal satu memang lebih tinggi dibandingkan biasanya, terlebih kredit ke sektor pertanian. “Di kuartal dua nanti penarikan kredit modal kerja mulai berjalan, apalagi mendekati lebaran,” ujar dia.

Jahja menambahkan, beberapa sektor kredit pertanian seperti cengkeh, banyak yang belum mencairkan komitmen kredit, lantaran faktor musim panen.

Ekonomi tak pasti

Bank Mandiri mencatat jumlah kredit mubazir yang lebih tinggi. Nilai di akhir Maret kemarin mencapai Rp 80,7 triliun. "Kredit yang belum dicairkan masih ada di kisaran 20%-25% dari total limit kredit. Ini masih tergolong normal," ungkap Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala N Mansury.

Menurutnya, di semester dua mendatang debitur mulai mencairkan kredit mereka untuk kegiatan usaha. Sama seperti halnya BCA, sebagian besar kredit yang belum ditarik merupakan segmen kredit modal kerja.

Sejumlah kredit yang belum dicairkan, rencananya untuk investasi tenor  jangka panjang, yaitu 5 tahun - 7 tahun.  Itu sebabnya debitur baru mencairkan 20% dari total kredit di tahap awal. "Debitur yang belum mencairkan kredit kebanyakan dari korporasi dan komersial," tambahnya.

Kredit menganggur yang menumpuk ini memicu perlambatan kredit baru di Bank Mandiri. Pada periode Januari-Maret lalu, bank pelat merah ini mencatat kredit korporasi hanya tumbuh 10% atau senilai Rp 125 triliun. Secara total, kredit Bank Mandiri hanya mampu tumbuh 19,7% menjadi Rp 391,6 triliun pada kuartal satu kemarin.

Jahja menyebutkan, di kuartal dua nanti debitur bakal masih mencermati indikator ekonomi nasional. Misalnya,  inflasi, neraca perdagangan, nilai tukar dan kebijakan pemerintah terkait harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut dia, jika indikator ekonomi masih tidak pasti, jumlah kredit menganggur akan tetap tinggi.

Catatan saja, sepanjang kuartal I-2013, kredit korporasi BCA tumbuh relatif mini dibandingkan segmen lain, yaitu meningkat 17,2% menjadi Rp 87,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×