kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan bunga tak berubah pasca pemilu presiden


Rabu, 28 Mei 2014 / 06:07 WIB
Kebijakan bunga tak berubah pasca pemilu presiden
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan emas di gerai Galeri 24 Pegadaian, Jakarta. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Indonesia akan memiliki pemerintahan baru dalam beberapa bulan mendatang. Berbagai ekspektasi pun muncul, tentunya pemerintahan baru mendatang diharapkan bisa mendatangkan kebijakan strategis yang bisa mendorong kemajuan.

Tapi, dunia perbankan Tanah Air tidak banyak berharap pemerintahan baru mendatang bisa begitu berpengaruh terhadap proyeksi bisnis pada tahun ini. Beberapa bankir menilai, keberadaan pemerintah baru nanti belum akan menggeser tingkat suku bunga mahal yang dalam satu tahun belakangan ini meningkat.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) masih akan stabil di level saat ini, yaitu 7,5%, meskipun pemerintahan baru sesuai dengan harapan pasar. "Rasanya, saya tidak berharap terlalu banyak dalam penurunan suku bunga," tutur Parwati, pada pekan lalu.

Dengan begitu, OCBC belum memiliki sinyal untuk merevisi target pertumbuhan bisnis. Parwati bilang, dirinya lebih memilih target jangka panjang dibandingkan jangka pendek.

Roy A Arfandy, Pjs Direktur Utama sekaligus Wakil Direktur Utama Bank Permata, senada dengan Parwati. Roy menebak suku bunga belum akan turun, apalagi melihat kondisi makro saat ini.

Dia berharap, suku bunga bisa turun jika likuiditas di pasar semakin membaik. "Saya belum terlalu jelas mengenai program atau visi para kandidat (presiden), khususnya terhadap sektor ekonomi Indonesia. Tapi, siapa pun yang menjadi presiden terpilih, saya berharap dapat memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi current account deficit," tutur Roy.

Sedangkan Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), punya pandangan lebih luas dalam hal penurunan suku bunga. Jahja menjelaskan, suku bunga acuan akan tergantung apakah inflasi bisa terkendali. Suku bunga di pasar domestik juga akan dipengaruhi oleh pergerakan bunga di Amerika Serikat yang diperkirakan meningkat pada tahun depan.

Selain itu, kata Jahja, kita harus melihat apakah permintaan kredit masih tinggi atau tidak. "Serta kebutuhan proyek-proyek infrastruktur yang besar. Jika proyek-proyek besar tidak dibiayai oleh bank, maka bunga mungkin bisa turun," ucap Jahja.

Tapi Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga, Wan Razly Abdullah, memiliki pandangan berbeda. Dia berharap, jika akhirnya pemilihan umum berjalan lancar, bukan tidak mungkin ekonomi akan membaik dan bank sentral bisa menurunkan suku bunga pada kuartal keempat tahun ini atau pada kuartal pertama di tahun depan.

Pemilu, lanjut Razly, juga menjadi acuan bagi CIMB untuk bisa kembali menerbitkan sisa plafon obligasi berkelanjutan. "Masih ada sisa sekitar Rp 4 triliun. Kami lihat kondisi pasar dan pertumbuhan kredit, terutama data-data ekonomi dan hasil pemilu," ujar Razly.

CIMB juga belum berencana mengubah tingkat bunga simpanannya. Saat ini, tingkat bunga simpanan di CIMB sudah cukup tinggi. Belum lagi, biaya dana alias cost of fund juga sudah naik 1% dari 4,3% menjadi 5,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×