kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana ketat, bank BUMN harus pimpin konsolidasi


Jumat, 23 Mei 2014 / 19:04 WIB
Dana ketat, bank BUMN harus pimpin konsolidasi
ILUSTRASI. JAKARTA,11/7-HARGA DAGING AYAM NAIK. Pedagang melayani calon pembeli daging ayam di pasar PD Jaya, Jakarta, Senin (11/7/2022). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Likuiditas ketat yang kini dihadapi oleh sejumlah bank bisa diselesaikan dengan memangkas jumlah bank dan mendorong terjadinya konsolidasi. Apalagi sesuai  Arsitektur Perbankan Indonesia (API), jumlah bank yang kini sebanyak 120 bank akan dipangkas menjadi hanya 80 bank.

Melalui konsolidasi tersebut industri perbankan Indonesia akan menjadi lebih sehat dan kuat, sehingga tidak mudah goyah ketika terjadi gejolak ekonomi seperti yang pernah terjadi di tahun 1999 dan 2008 lalu. Pengamat Ekonomi Yanuar Rizky mengatakan, perbankan Indonesia sedang menghadapi persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan pendanaan.

Akibat tingkat suku bunga tinggi saat ini, banyak bank yang tidak mampu bersaing dengan bank-bank besar yang didukung dengan SDM, Sistem Teknologi dan Jaringan yang sangat besar.


"Ketatnya likuditas ini akan membuat ruang pertumbuhan kredit perbankan menjadi berkurang. Solusi terbaik  adalah konsolidasi perbankan dan Bank BUMN harus menjadi lokomotifnya. Kita butuh Bank BUMN yang kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi agar tetap solid dalam berbagai situasi," jelasnya Jum'at (23/5/2014).  

Ketatnya likuiditas perbankan tercermin dari tingginya Loan To Deposit Ratio (LDR) Perbankan Indonesia. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2014 tingkat LDR bank konvensional yang mencapai 91,17%, meningkat tajam dibandingkan periode sama 2013 sebesar 84,93%. Bank Indonesia membatasi ratio LDR maksimal 92%.

Akibat ketatnya likuiditas ini sejumlah bank memiliki LDR jauh diatas ketentuan BI. Salah satunya adalah Bank Tabungan Negara yang memiliki LDR 102% di kuartal I 2014 lalu.

Selain harus menghadapi likuiditas ketat, BTN juga diharapkan pada kualitas kredit yang memburuk. Dalam tiga bulan pertama 2014, kredit macet BTN naik sekitar Rp 800 miliar dibandingkan akhir tahun 2013.

Marolop Alberth Nainggolan, Pengajar Universitas 17 Agustus Jakarta mengatakan, Bank BUMN memiliki peran strategis dalam mendorong perekonomian nasional. Karena itu, Bank BUMN harus kuat, sehingga mampu mendorong pertumbuhan  ekonomi dan siap menghadapi agresitifitas bank-bank asing yang masuk ke Indonesia.

"Konsolidasi Bank BUMN merupakan kunci bagi penguatan sistem perbankan nasional. Langkah ini akan menguntungkan pemerintah, baik untuk membiayai perekonomian maupun bersaing dengan bank-bank asing yang juga sudah melakukan konsolidasi lebih cepat.
Konsolidasi perbankan tidak perlu menunggu pemerintah baru, ini adalah program yang sudah ada sejak sepuluh tahun lalu namun tidak bisa dieksekusi," katanya di Jakarta (23/5/2014).

Marolop menambahkan, akuisisi Bank BTN oleh Mandiri merupakan salah satu agenda penting pemerintah yang seharusnya menjadi prioritas. Bertahun-tahun BTN berjuang untuk menjalankan fungsinya menjadi bank perumahan guna mendukung program pemerintah. Namun, akibat likuiditas yang semakin terbatas, peran BTN dalam menopang pembiayaan perumahan masih sangat kecil.

Meskipun BTN menjadi bank penyalur KPR terbesar, akan tetapi backlog perumahan hingga saat ini terus melonjak hingga mencapai 15 juta unit. Backlog sebesar itu tidak akan terjadi jika BTN menjadi bank yang kuat, yang didukung oleh modal besar, sumber dana yang besar serta manajemen dan jaringan yang lebih efisien.

Akuisisi BTN, lanjut Marolop, akan menguntungkan BTN karena bank ini butuh dukungan pembiayaan yang besar.

Kebutuhan pendanaan KPR masih sangat tinggi dan dana pihak ketiga Mandiri dapat mendukung BTN menjalankan fungsinya sebagai bank perumahan dengan lebih baik.

Keberadaan Bank Mandiri di BTN, akan mendorong BTN lebih cepat memajukan pilar bankingnya, serta dapat mentransformasi BTN menjadi bank tabungan berdana murah bagi masyarakat, sehingga peran BTN sebagai bank perumahan akan lebih banyak dirasakan masyarakat,

Menurut Marolop, konsolidasi Bank BUMN merupakan langkah terbaik untuk mengatasi kebutuhan pembiayaan perekonomian Indonesia yang semakin besar.

Posisi Indonesia yang sudah masuk ke negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar nomor sepuluh di dunia, harus disikapi pemerintah dengan memperkuat bank BUMN.

"Akuisisi BTN oleh Mandiri tidak akan merubah struktur kepemilikan pemegang saham. Pemerintah masih tetap mengontrol dan menjalankan fungsi BTN sebagai bank perumahan, bahkan diperbesar lagi. Sementara dengan akuisisi ini Mandiri akan semakin kuat untuk menjadi leader dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×