kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.193   52,26   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   10,19   0,93%
  • LQ45 877   10,63   1,23%
  • ISSI 221   0,76   0,35%
  • IDX30 448   5,44   1,23%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 134   0,28   0,21%
  • IDXQ30 149   1,42   0,96%

Kebijakan Restrukturisasi Covid-19 Berakhir, KBMI IV Pastikan Rasio LAR & NPL Terjaga


Senin, 01 April 2024 / 18:13 WIB
Kebijakan Restrukturisasi Covid-19 Berakhir, KBMI IV Pastikan Rasio LAR & NPL Terjaga
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui ATM di Jakarta, Minggu (1/8/2021). Kebijakan Restrukturisasi Covid-19 Berakhir, KBMI IV Pastikan Rasio LAR & NPL Terjaga.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Seiring dengan berakhirnya kebijakan restrukturisasi Covid-19 pada Maret 2024, big bank memastikan rasio loan at risk (LAR) dan non performing loan (NPL) coverage bank di jajaran Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV diproyeksikan terjaga dengan baik.

Salah satunya adalah  PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Dimana manajemen BCA memastikan portofolio kredit restrukturisasi BCA terus mencatatkan penurunan, seiring dengan pemulihan bisnis debitur. Dari total jumlah restrukturisasi kredit saat ini, didominasi oleh kategori lancar (Kolektibilitas 1). 

EVP Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan, LAR BCA secara konsisten mencatatkan penurunan hingga menyentuh single digit sebesar 6,9%, dibandingkan dengan 10,4% pada tahun 2022. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA terjaga di angka 1,9% pada tahun 2023.

Baca Juga: LAR Turun Jadi 13,8%, BRI Siap Restrukturisasi Covid Segera Berakhir

Biaya provisi tercatat Rp 2,3 triliun di 2023, atau turun sebesar Rp 2,2 triliun dari tahun sebelumnya, seiring dengan perbaikan kualitas pinjaman.

Meskipun tren kualitas kredit BCA membaik, BCA tetap memiliki cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang memadai. NPL coverage BCA sebesar 234,1% dan LAR coverage sebesar 69,7% pada tahun 2023, salah satu yang paling tinggi di industri perbankan. 

"Biaya pencadangan akan senantiasa kami review sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi ekonomi," kata Hera dalam keterangannya, Senin (1/4).

Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid, BCA tetap optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga. 

Baca Juga: Restrukturisasi Covid-19 Berakhir, Ini Efeknya ke NPL Perbankan

Senada, big bank pelat merah seperti PT Bank Mandiri Tbk juga mencatatkan LAR yang sudah lebih rendah dibanding masa pandemi. Hal ini disampaikan Corporate Secretary Bank Mandiri Ali Usman, ia menyebut ini menjadi indikator utama bahwa kita sudah siap tumbuh melampaui posisi sebelum Covid-19.

Ali merinci, sampai dengan Desember 2023, rasio NPL Bank Mandiri secara bank only, telah menurun mencapai 1,02% dengan rasio NPL Coverage Ratio yang cukup memadai mencapai 384,36%.

“Khusus untuk debitur yang mendapat restrukturisasi Covid-19 mayoritas sudah masuk ke level normal (sebelum pandemi). Hanya tersisa sedikit di sektor-sektor tertentu,” kata dia.

Sementara itu, sebagai bank yang memiliki pasar terbesar di segmen UMKM, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyambut baik keputusan berakhirnya relaksasi tersebut. Meskipun BRI sendiri secara internal sudah tidak menggunakan kebijakan tersebut sejak tahun 2023 lalu sebagai upaya untuk penerapan prudential banking. 

Baca Juga: Potensi Kenaikan NPL Setelah Relaksasasi Restrukturisasi Covid-19 Dicabut

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, bahwa kebijakan tersebut terbukti telah mampu menyelamatkan sebagian besar bisnis UMKM selama menghadapi pandemi Covid 19 yang mulai meluas di Indonesia pada tahun 2020.

“BRI telah menyiapkan soft landing strategy. Dan kami optimistis berakhirnya relaksasi tersebut tidak akan berdampak signifikan pada kinerja kualitas kredit maupun kinerja keuangan BRI secara umum,” ungkapnya dalam siaran pers, Senin (1/4).

Di sisi lain, BRI telah melakukan antisipasi risiko dengan melakukan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir Desember 2022 tercatat NPL Coverage BRI berada di level 305,73%.

Cadangan tersebut digunakan untuk melakukan penghapusbukuan kredit UMKM yang benar-benar sudah tidak bisa direstrukturisasi lagi. Sehingga, pada Desember 2023 NPL Coverage turun di level 229,09% namun cadangan tersebut masih sangat memadai apabila terjadi pemburukan.

Baca Juga: Perbankan Tetap Bisa Lanjutkan Restrukturisasi Covid-19 yang Sudah Jalan

Pada pertengahan Februari 2024 lalu Sunarso mengungkapkan bahwa perseroan telah mencatatkan penyusutan nilai kredit terdampak Covid -19 yang direstrukturisasi, di mana outstanding kredit restrukturisasi COVID-19 per Desember 2023 turun menjadi Rp 54,5 triliun dari Rp 107,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

“Apabila dihitung dari puncaknya, sebesar Rp 210 triliun itu sudah keluar dari status restrukturisasi sehingga sekarang outstanding-nya tinggal Rp 54 triliun,” kata Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×