Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan restrukturisasi kredit akibat Covid-19 dipastikan bakal berakhir pada Maret 2024. Dampaknya, ada potensi portofolio kredit yang awalnya direstrukturisasi bakal masuk dalam kategori kredit macet atau NPL pasca relaksasi tersebut dicabut.
Memang, secara berkelanjutan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah kredit yang direstrukturisasi terus mengalami tren yang menurun. Hingga November 2023, jumlah kreditnya tersisa Rp 285,32 triliun dengan jumlah nasabah tercatat sebanyak 1,14 juta nasabah.
Direktur Risk Management PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Setiyo Wibowo mengungkapkan bahwa outstanding restrukturisasi Covid-19 yanng terkait segmen konsumer tersisa Rp 10 triliun. Ia bilang portofolio tersebut akan diselesaikan tahun ini.
“Proyeksi kami yang akan downgrade ke NPL tidak akan banyak lagi, maksimum Rp 2 triliun karena sebagian besar sudah downgrade di tahun sebelumnya,” ujar Setiyo (16/1).
Baca Juga: Menkop & UKM Apresiasi Desa BRILiaN Jadi Terobosan Pengembangan Potensi Desa
Adapun, ia mengungkapkan bahwa kondisi tersebut juga sudah diantisipasi oleh BTN mengingat relaksasi tersebut yang akan berakhir tahun ini. Di mana, Loan at Risk (LaR) yang dimiliki BTN juga terus menurun hingga di bawah 20%.
“NPL tahun ini akan terus dijaga penurunan atau perbaikannya, dimana sesuai RKAP akan di bawah 3%,” jelasnya.
Serupa, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) David Pirzada mengungkapkan bahwa relaksasi yang akan berakhir di Maret ini tidak akan berdampak terhadap kondisi NPL BNI.
Dalam hal ini, ia menyebutkan portofolio restrukturisasi Covid-19 sudah menurun secara signifikan dan kini tersisa sekitar 2% dari total portofolio kredit BNI. Hingga November 2023, total kredit BNI mencapai Rp 666,49 triliun.
“Proyeksi NPL atas portofolio restrukturisasi Covid-19 juga sangat kecil, mungkin hanya di sekitaran 2.5% yang potensi jatuh ke NPL, ini tidak signifikan,” ujar David.
David bilang BNI telah menargetkan perbaikan NPL rasio di tahun ini menjadi di bawah 2%. Terlebih, saat ini pihaknya telah menjaga LAR Coverage ratio BNI yang sudah mendekati 50%.
Meski demikian, pihaknya masih terus monitor kondisi ekonomi global dan geopolitik, dan terus melakukan stress test secara berkala. Harapannya, pertumbuhan ekonomi dan konsumsi di 2024 diharapkan lebih baik dari 2023.
Baca Juga: Perbankan Siap Mendongkrak Penyaluran Kredit Rumah Subsidi Pada 2024
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri Tbk Ahmad Siddik Badruddin bilang terkait portofolio restrukturisasi Covid-19, kondisi usaha para debitur terlihat sudah membaik dengan sebagian besar debitur telah kembali dapat memenuhi kewajiban pembayaran kredit baik cicilan pokok maupun bunga.
Ia merinci portofolio restrukturisasi Covid-19 Bank Mandiri terus menurun dimana per November 2023 mencapai Rp 18.7 triliun dibandingkan posisi September 2023 sebesar Rp 23.8 triliun.
Siddik menegaskan pihaknya terus memantau secara ketat kondisi usaha debitur melalui indikator Early Warning Signal, dan dapat memberikan restrukturisasi lanjutan apabila dibutuhkan dalam bentuk skema restrukturisasi normal.
“Karena itu debitur restrukturisasi Covid-19 yang kemungkinan akan menjadi NPL kami perkirakan tidak akan banyak jumlahnya,” ujar Siddik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News