Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otot rupiah belakangan terus mengendur. Kemarin, kurs rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.618 per dollar AS, turun tipis dari sehari sebelumnya Rp 13.615. Sementara di kurs Bank Indonesia (BI), rupiah berada di Rp 13.582 per dollar AS.
Dalam sebulan terakhir, rupiah telah terkoreksi 1,85%. Bahkan kurs jual rupiah di sejumlah bank besar telah menembus Rp 13.700 per dollar Amerika Serikat (AS).
Kemarin, dari 10 bank besar, kurs jual di dua bank yakni Bank BNI dan Bank CIMB Niaga sudah di atas Rp 13.700.Kurs jual rupiah BNI tercatat Rp 13.710, sedang di CIMB Niaga Rp 13.775 per dollar AS.
Doddy Zulverdy, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI mengatakan, pelemahan rupiah dampak dari tekanan global yang tecermin dari koreksi harga saham dan obligasi di pasar keuangan. Ini dipicu ekspektasi investor terhadap kemungkinan akselerasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
Ekspektasi itu mendorong penguatan dollar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah. Pelemahan rupiah juga terdorong dari dalam negeri lantaran kebutuhan valuta asing yang meningkat.
I Made Budhi P Artha Head Global Market Corporate Treasury Maybank Indonesia mengatakan, tahun lalu, transaksi valas industri perbankan naik cukup besar yakni mencapai US$ 7 miliar per hari.
Catatan KONTAN, tahun-tahun sebelumnya, transaksi valas bank hanya di kisaran US$ 5 miliar per hari. Adapun hitungan BI, transaksi valas per hari dari Januari sampai Februari tahun ini 2018 mencapai US$ 5,9 miliar.
Menurut Made, ada dua faktor yang menjadi penyebab kenaikan permintaan valas. Pertama, adanya risiko dari faktor global. Dampaknya, banyak importir masuk ke pasar untuk meningkatkan kepemilikan valasnya. Kedua, volatilitas dollar yang tinggi membuat aktivitas debitur di valas meningkat.
Kebutuhan valas yang cukup tinggi juga seiring permintaan produk lindung nilai atau hedging dari korporasi. "Sepanjang tahun ini diperkirakan transaksi valas tidak jauh berubah dari tahun 2017," ujar Made, kemarin.
Hexana Tri Sasongko, SEVP Global Treasury Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat, transaksi valas BRI terakhir mencapai US$ 200 juta-US$ 300 juta per hari. Transaksi hedging menjadi salah satu penopang kenaikan permintaan valas.
Menurut Hexana, beberapa instrumen hedging yang acap diminta oleh para debitur adalah Fx Forward, FX Option serta Call Spread Option.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News