kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kelompok Usaha Bank (KUB) Jadi Strategi Pemenuhan Modal, Begini Perkembangannya


Kamis, 12 Januari 2023 / 06:15 WIB
Kelompok Usaha Bank (KUB) Jadi Strategi Pemenuhan Modal, Begini Perkembangannya
ILUSTRASI.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu upaya yang ditempuh bank bermodal cekak dalam memenuhi modal inti minimum Rp 3 triliun adalah dengan bergabung pada kelompok usaha bank (KUB). Dengan skema KUB, bank anggota hanya perlu penuhi modal inti minimum Rp 1 triliun. Bank induk akan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan anggota KUB. 

Selain itu, sesama KUB bisa melakukan sinergi bisnis sehingga bisa lebih efisien.

Kehadiran pemimpin KUB saat ini didominasi oleh bank-bank besar. Bank Mandiri misalnya memiliki anggota Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Mandiri Taspen. Lalu Bank Central Asia (BCA) misalnya memiliki anggota BCA Syariah dan Bank BCA Digital.

Bank pelat merah lainnya, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang memiliki anggota Bank Raya. Sementara, Bank Negara Indonesia (BNI) dengan anak perusahaan Bank Mayora.

Baca Juga: Agenda dan Arah Kebijakan OJK untuk Industri Perbankan pada Tahun 2023

Di kelas menengah, ada juga Bank Mega dengan anggota Allo Bank bersama tiga BPD yakni Bank Sulteng, Bank Sulutgo, dan Bank Bengkulu. Sedangkan untuk bank kecil, ada Bank Victoria dengan anggota Bank Victoria syariah.

Selain itu, juga ada dua BPD terbesar di Tanah Air sedang bersaing menjadi inang bagi bank daerah yang membutuhkan modal yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJB) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim).

Dalam memenuhi modal inti, PT Bank Pembangunan Daerah Banten (BEKS) juga berencana membentuk KUB. Dalam hal ini Bank Banten akan melakukan sinergi dengan satu perusahaan atau satu bank yang akan menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) dalam KUB dimaksud.

Melalui KUB, BEKS akan berada dalam satu kelompok bank yang memiliki keterkaitan kepemilikan atau pengendalian. Sementara, modal inti BEKS hanya dipersyaratkan Rp 1 triliun sehingga risiko beralih ke induk.

Terbaru, Bank DKI dan Bank NTT bekerjasama membentuk KUB, yang mana kerjasama itu sebagai salah satu cara untuk memenuhi modal inti bank NTT sesuai peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai konsolidasi Bank Umum.

Kerjasama tersebut digadang-gadang akan meningkatkan potensi bisnis dari kedua bank tersebut. Seperti pada sektor peternakan, pengembangan ternak kecil dan besar untuk kebutuhan pangsa pasar ternak di DKI bisa dipasok dari NTT. 

Selain itu, terbukanya peluang untuk investasi dari Jakarta masuk ke NTT. Namun, Bank DKI belum berkomentar tentang hal ini.

Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi menyatakan, di tahun ini Bank BJB juga telah menganggarkan Rp 350 miliar untuk pembentukan KUB.

"Saat ini bank BJB merupakan satu-satunya BPD yang memiliki struktur KUB dalam grup usahanya. Ada bank BJB Syariah yang merupakan anak usaha dari hasil spin off, lalu Bank Bengkulu yang setorannya telah diefektifkan sebesar Rp 99,9 miliar, lalu Bank Sultra yang telah berkomitmen untuk bergabung dalam bentuk LOI dengan bank BJB. Selain 3 bank tersebut, kami juga intens berkomunikasi dengan beberapa BPD lainnya," tutur Yuddy kepada Kontan.co.id, Rabu (11/1).

Untuk Bank Bengkulu, kata Yuddy, saat ini memiliki persentase saham 7,15% dan dapat bertambah mengingat RUPS memberikan ruang setoran modal dari bank BJB sampai dengan Rp 250 miliar.

Baca Juga: Kelompok Usaha Bank Semakin Terbentuk

Pihaknya melihat dengan KUB, ekosistem makin besar, pengembangan infrastruktur dan teknologi lebih efisien, peluang bisnis pun dapat tergarap dengan kemampuan permodalan yang lebih kuat secara grup.

Sementara itu, Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI menyampaikan, saat ini KUB di BRI telah berjalan dengan baik. Setiap tahunnya BRI mengalokasikan modal yang akan difokuskan kepada optimalisasi neraca untuk memperoleh profit dan value yang maksimal, baik melalui organic growth maupun unorganic growth.

Seperti diketahui, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki anggota Bank Raya dalam KUB nya. Modal inti Bank Raya turun 13,03% yoy dari Rp 2,38 triliun menjadi Rp 2,07 triliun. Bank Raya tidak diwajibkan memiliki modal inti Rp 3 triliun, lantaran menjadi anggota Kelompok Usaha Bank (KUB) BRI. 

Setelah bergabung menjadi KUB, secara rasio keuangan, rasio kecukupan modal minimum atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Raya naik 17,48% menjadi 27,33% di September 2022. Sedangkan NPL gross terus mengalami perbaikan dari 4,61% menjadi 2,05%. 

Aestika menjelaskan, BRI akan terus mendorong perusahaan anak untuk meningkatkan kontribusi labanya kepada BRI Group melalui revenue enhancement dan cost efficiency dengan mengoptimalkan sinergi BRI Group, serta didukung digitalisasi produk dan proses bisnis. 

"Ke depannya, perusahaan anak BRI akan menjadi salah satu kontributor utama bagi laba BRI dan secara persentase akan terus meningkat kontribusinya," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×