kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kenaikan NPL bank kecil masih wajar


Sabtu, 13 Oktober 2018 / 15:00 WIB
Kenaikan NPL bank kecil masih wajar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank kecil dan menengah mencatatkan peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kuartal III-2018. Menurut bankir, kenaikan rasio kredit bermasalah menjelang akhir tahun terbilang wajar karena sejalan dengan pertumbuhan kredit.

Bank Sahabat Sampoerna misalnya, sampai dengan kuartal III-2018 NPL berada di sekitar level 4%. Direktur Keuangan Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, dalam kondisi ekonomi seperti ini kenaikan NPL tidak dapat dihindari. Bila dibandingkan NPL pada kuartal III 2017 lalu, tahun ini bank taipan Grup Sampoerna ini memang naik dari 3,75%.
 
Namun, Henky memastikan kenaikan NPL tersebut masih wajar karena berbarengan dengan pertumbuhan kredit sebesar 11% per Agustus 2018 lalu. "Memang NPL naik dibandingkan tahun lalu, tetapi dikarenakan faktor makro saja," tuturnya, Jumat (12/10).
 
Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tingkat NPL, Bank Sahabat Sampoerna sudah melakukan restrukturisasi dan penagihan secara berkala. Harapannya, pada akhir tahun 2018 pihaknya dapat menjaga NPL kembali stabil di level 2,9%.
 
Sementara Direktur Keuangan Bank Jawa Timur (Jatim) Ferdian Satyagraha menyebutkan, per Agustus 2018 NPL Bank Jatim di level 4,31%. Lebih rendah dari Agustus 2017 lalu yang sempat mencapai 4,86%.
 
Bank Jatim berusaha menjaga NPL di bawah 4% pada tahun ini. Awalnya Bank Jatim mematok NPL di level 4,34% pada 2018. Itu berarti pada Agustus 2018 target tersebut sudah terlampaui. Adapun, sektor kredit yang paling banyak menyumbang NPL di kuartal III 2018 ini antara lain sektor listrik, gas dan air.
 
Rata-rata kredit macet tersebut berhubungan dengan proyek pembangkit listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Namun ini masih dianggap wajar, lantaran sejumlah debitur termasuk PLN tengah kalkulasi ulang sejumlah proyek lantaran nilai tukar dollar Amerika Serikat menguat. Alhasil, beberapa proyek terpaksa berhenti hingga penghitungan selesai.
 
Sementara Sekretaris Perusahaan Bank Sumatera Utara (Sumut), Syahdan Siregar mengungkapkan, pada Agustus 2018 NPL ada di kisaran 4,82%, turun dari periode bulan yang sama tahun sebelumnya di level 5,14%.
 
Ada empat sektor yang menyumbang NPL terbesar. Yakni sektor perdagangan, pertanian dan kehutanan, sektor rumah tangga atau lain-lainnya dan sektor konstruksi.
Author : Marshall Sautlan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×