Reporter: Feri Kristianto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak salah bila investor asing ramai-ramai terjun ke bisnis asuransi di Indonesia. Kesadaran berasuransi masyarakat kita terus meningkat, meski angkanya jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga. Tentu perkembangan ini berarti potensi bisnis yang besar bagi bisnis asuransi di masa mendatang.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat, premi industri asuransi sekitar Rp 34,8 triliun pada kuartal I 2012, tumbuh 15% dibandingkan periode sama tahun lalu. Industri asuransi jiwa berkontribusi terbesar, yakni mencapai Rp 24,3 triliun, alias tumbuh 17,3%. Sebanyak Rp 23,1 triliun di antaranya merupakan kontribusi premi dari asuransi jiwa konvensional. Sisanya asuransi jiwa syariah.
Di asuransi umum dan reasuransi, premi triwulan pertama ini Rp 10,5 triliun, naik 10%. Sektor konvensional menyumbang Rp 10,2 triliun, sisanya syariah.
Kenaikan premi menunjukkan kesadaran berasuransi semakin besar. Terbukti, densitas asuransi atau pengeluaran premi per kapita meningkat dibandingkan posisi akhir tahun 2011.
Nilai densitas asuransi umum mencapai Rp 167.630, naik dari Rp 163.670 per kapita. Densitas di asuransi jiwa naik dari Rp 403.140 menjadi Rp 404.120 per kapita. “Pada kuartal I, premi biasanya melaju lebih kencang, selanjutnya akan melambat pada kuartal II dan III, tapi kuartal IV kembali tumbuh pesat karena mengejar target," ujar Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, akhir pekan lalu.
Isa berharap, agar kondisi itu tidak terjadi, sehingga premi terus naik pada periode mendatang. Ia juga mengingatkan, klaim asuransi pada kuartal I ini tumbuh lebih pesat dibandingkan premi. Total klaim industri asuransi Rp 20,7 triliun, tumbuh 37,5%. Klaim asuransi jiwa berkontribusi terbesar mencapai Rp 16,7 triliun, naik 40%.
Potensi besar
William Kuan, Presiden Direktur PT Prudential Indonesia, merasa tak khawatir pada pertumbuhan klaim. Itu merupakan wujud komitmen perusahaan asuransi terhadap nasabahnya. Kuartal I-2012, Prudential Indonesia membayar klaim senilai Rp 1,4 triliun, tumbuh Rp 74%. Sementara premi, hanya tumbuh 38% menjadi Rp 3,1 triliun.
Wajar bila pelaku industri asuransi tak khawatir pada laju beban klaim. Sebab, potensi pendapatan premi di Indonesia jauh lebih besar.
Ini tampak dari densitas asuransi di Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Tahun 2010, pengeluaran rata-rata tiap penduduk Malaysia untuk asuransi jiwa US$ 282,8 atau Rp 2,63 juta, sedang di asuransi umum US$ 138,3 atau Rp 1,28 juta. Nah, pelaku bisnis yakin, semakin besar pendapatan per kapita, pengeluaran untuk asuransi juga semakin banyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News