Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat pertumbuhan aset sebesar 21,6%. Sebagai perbandingan, pada kuartal I 2016, aset BNI hanya sebesar Rp 509,09 triliun, sedangkan di kuartal I 2017 naik menjadi Rp 618,81 triliun.
Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob T. Ananta mengatakan, upaya untuk menjaga kualitas aset tersebut terus dilakukan antara lain dengan langkah hati-hati, dan selektif dalam penyaluran kredit agar tetap stabil dan sehat. Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNI tetap berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang naik tipis dari 88,0% menjadi 89,3%.
Dalam paparannya, Bob mengatakan, pertumbuhan tersebut didukung dengan fundamental yang kuat, tercermin dari tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik pada level 19,0% per kuartal I 2017.
“Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik pada tingkat coverage ratio naik dari 142,4% menjadi 147,1%, sehingga sangat mencukupi untuk menjadi bantalan apabila terjadi kondisi yang tidak menentu di masa mendatang,” jelas Bob dalam paparan kinerja kuartal I 2017 BNI, Rabu (12/4).
Meski begitu, pada periode yang sama, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross BNI mengalami peningkatan dari 2,8% pada kuartal I tahun 2016 menjadi 3,0% akhir Maret lalu. Sementara, NPL net tercatat turun dari 0,9% menjadi 0,6%.
Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni menyebut kenaikan NPL gross disebabkan oleh kredit bermasalah oleh nasabah lama. Baiquni menjelaskan, salah satu perusahaan penyumbang NPL terbesar antara lain oleh PT Trikomsel Oke yang menyumbang NPL sebesar Rp 1,3 triliun.
“Ada juga NPL yang kita beli dari satu debitur yang jumlahnya mencapai Rp 300 miliar. Dalam waktu dekat akan ada penyelesaiannya,” ujar Baiquni.
Sementara dari sisi penghimpunan dana, perolehan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 19,8%, yaitu dari Rp 371,56 triliun pada kuartal I 2016 menjadi Rp 445,05 triliun pada periode yang sama tahun ini. Dari total DPK tersebut, komposisinya masih didominasi komponen dana murah (current account saving account/ CASA) sebesar 58,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News