Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO,ID - JAKARTA. Semua bank beraset terbesar yang termasuk dalam Kelompok Bank Bermodal Inti (KBMI) IV telah melaporkan kinerja keuangannya sepanjang periode kuartal I-2024. Mengawali periode tahun ini, posisi peringkat bank-bank tersebut berdasarkan laba pun sedikit mengalami perubahan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirangkum KONTAN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tetap menjadi yang paling besar dari sisi laba yang dibukukan. Di tiga bulan pertama 2024 ini, BRI mencatat laba bersih sebesar Rp 15,88 triliun atau tumbuh 2,5% YoY.
Salah satu penopang pertumbuhan laba tersebut adalah pendapatan bunga bersih meskipun beban bunga tinggi mulai dirasakan. Pendapatan bunga bersih BRI di tiga bulan 2024 ini tercatat naik 9,7% YoY menjadi Rp 35,95 triliun.
Adapun, salah satu hal yang menjadi penghambat pertumbuhan laba BRI di periode ini adalah pencadangan yang mengalami kenaikan. BRI mencatat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp 12 triliun atau naik 69,25% YoY.
Baca Juga: Mayoritas Laba Bank KBMI 4 Tumbuh Mini, Ini Rekomendasi Sahamnya
Direktur Utama BRI Sunarso bilang saat ini kondisi ekonomi global mengalami ketidakpastian yang tinggi, dikarenakan The Fed diperkirakan akan lebih lama mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi untuk meredam laju inflasi di AS.
Kondisi suku bunga tinggi pun terjadi ketika industri perbankan nasional sedang dilanda ketatnya likuiditas. Namun, Sunarso melihat BRI masih mampu menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, dimana tercatat LDR (Loan to Deposit Ratio) BRI pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar 83,28%.
Di sisi lain, ia bilang, BRI masih mampu menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% secara tahunan. 83,25% diantaranya atau sejumlah Rp1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM.
Ke depan, BRI optimistis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip prudential banking, serta risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian dan geopolitik global yang perlu dicermati.
“BRI akan lebih fokus merespon tantangan domestik, terutama melalui pemberdayaan UMKM,” ujar Sunarso.
Di urutan kedua, ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp 12,87 triliun. BCA pun menjadi satu-satunya bank KBMI IV dengan pertumbuhan laba bersih hingga double digit sekitar 11,7% secara tahunan.
Capaian tersebut pun akhirnya yang mampu membuat BCA menggeser posisi PT Bank Mandiri Tbk di urutan kedua sebagai bank dengan laba terbesar. Beberapa tahun terakhir, BCA memang selalu menempati posisi ketiga untuk capaian laba bersih.
Meski mampu tumbuh hingga double digit, pertumbuhan laba bersih BCA ini tidak lebih baik dari kuartal I-2023. Mengingat, pada periode tersebut laba bersih mereka mampu tumbuh hingga 43% YoY.
Pertumbuhan laba BCA di tiga bulan pertama 2024 ini turut sejalan dengan kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) dan pendapatan non bunga BCA.NII yang dicatat BCA naik dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 19,8 triliun. Pendapatan non bunga BCA tercatat mengalami kenaikan sebesar 6,8% YoY menjadi Rp 6,4 triliun.
Sementara itu, BCA juga telah menyalurkan kredit senilai Rp 835,7 triliun pada kuartal I-2024, atau naik 17,1% secara tahunan. Kredit Konsumer menjadi yang paling tumbuh kencang dengan meningkat 14,9% YoY menjadi Rp201,6 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja melihat kinerja sepanjang periode tiga bulan pertama tahun 2024 ini akibat adanya peningkatan konsumsi masyarakat, khususnya selama periode Ramadan dan Idulfitri tahun ini.
“Minat kredit konsumer terjaga dengan baik, tercermin dari tingginya antusiasme pengunjung BCA Expoversary 2024,” ujarnya.
Baca Juga: Menutup Kuartal I-2024, Laba Bersih Bank Mandiri Tumbuh 1,13%
Di posisi ketiga, Bank Mandiri menempel ketat dengan catatan laba bersih senilai Rp 12,7 triliun. Di periode ini, Bank Mandiri hanya mencatat kenaikan laba bersih sekitar 1,13% secara tahunan.
Meski demikian, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan bahwa kinerja Bank Mandiri tetap terjaga di kondisi yang terjadi saat ini. Kondisi likuiditas dan ketegangan geopolitik menjadi tantangannya.
Darmawan lebih menyoroti bagaimana bank berlogo pita emas ini tetap mampu meningkatkan penyalurkan kredit di periode tersebut. Secara konsolidasi, penyaluran kredit Bank Mandiri mampu tumbuh 19,1% YoY menjadi Rp 1.435 triliun.
“Kami optimis penyaluran kredit Bank Mandiri akan terus tumbuh di atas industri dengan kondisi likuiditas yang terjaga,” ujar Darmawan, Selasa (30/4).
Ia pun melihat masih ada peluang tren suku bunga akan turun menjelang akhir tahun ini. Dengan demikian, kondisi itu bisa menjadi harapan kinerja industri perbankan bisa lebih baik dibandingkan 2023.
Ia juga melihat atas stress test yang dilakukan terhadap dinamika secara global, hasilnya masih sangat resilience terhadap kinerja industri perbankan di Indonesia. Terlebih di Bank Mandiri, Darmawan bilang pihaknya melihat kondisinya masih lebih baik dengan skenario moderat to worse.
“Likuiditas kondisinya masih bisa mendukung rencana ekspansi dengan rasio-rasio likuiditas yang masih di atas standar,” ujarnya.
Di posisi terakhir, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang memiliki laba paling kecil di antara bank KBMI IV lainnya. Bank berlogo 46 ini mencatat pertumbuhan laba bersih sekitar 2% YoY dengan nilai mencapai Rp 5,32 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News