kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Membaik, Simak Prospek Saham Bank Digital Menurut Analis Berikut


Selasa, 01 November 2022 / 05:25 WIB
Kinerja Membaik, Simak Prospek Saham Bank Digital Menurut Analis Berikut


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten bank digital mampu menunjukkan perbaikan kinerja terutama dalam penyaluran kredit. Meskipun masih ada beberapa bank digital yang masih mengalami kerugian hingga kuartal ketiga 2022. 

Bank digital kompak mencatatkan pertumbuhan kredit maupun pembiayaan syariah. Sedangkan dalam secara profitabilitas, Allo Bank (BBHI) mampu membukukan pertumbuhan 8,5% secara tahunan per September 2022. 

Adapun Bank Jago (ARTO) maupun bank Raya (AGRO) mampu membalikkan rugi bersih menjadi laba bersih. Sedangkan Bank Aladin (BANK) dan Bank Neo Commerce (BBYB) yang masih membukukan pertumbuhan laba bersih. 

Baca Juga: Perbankan Optimistis Permintaan Kredit Konstruksi Tahun Ini Akan Lebih Prospektif

Melihat hal ini, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus menyatakan dari laporan keuangan ini telah menjadi pembuktian bahwa bank digital mampu mencetak prodit. Sebab, investor melihat prospek dari kemampuan teknologi dan digitalisasi bisa menguntungkan waktu pertama kali muncul. 

“Ternyata dengan kemampuan bank digital membukukan keuntungan, ini menggambarkan bisnis bank digital berjalan dengan baik, meski tidak semua untung.  Ini balik lagi ekosistem yang di bentuk, bicara apa teknologi mereka bangun dan memberikan berapa layanan dan jangkauan mereka,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (31/10). 

Nico melihat, kemampuan ARTO mencetak laba karena ia telah memiliki ekosistem bekerja sama dengan GOTO. Sedangkan Allo Bank sejak awal sudah mendeklarasikan akan berkolaborasi di ekosistem para investornya. 

Ia menilai prospek saham bank digital banki ada selama proses transformasi bank konvensional ke digital terjadi maka akan meningkatkan profitabilitas bank digital. Di sisi lain, pertumbuhan teknologi yang masif dan melahirkan ekonomi digital sehingga terciptanya kemudahan.

“Namun akhir-akhir ini saham bank digital cukup tertekan karena ukuran bank digital yang masih kalah jauh dibandingkan besar. Selain itu, bank digital masuk dalam sektor teknologi yang terkena sentimen negatif dari kenaikan suku bunga," jelasnya. 

Kendati masih mendapat sentimen negatif, Nico menilai tidak akan merusak fundamental bank digital. Sebab di tengah pandemi dan pemulihan ekonomi, bank digital mampu mengoptimalkan penyaluran kredit dan pendapatan. 

Nico memasang target harga saham Rp 10.000 untuk ARTO, Rp 3.400 untuk BBHI, Rp 2.100 untuk BBYB, dan 2.500 untuk BANK.

Adapun Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan prospek saham bank digital baik bila melihat laporan keuangan di kuartal ketiga 2022. Sebab, investor memang berharap dari kemampuan emiten bank digital membukukan pertumbuhan bisnis dan profit. 

Baca Juga: Rugi Bersih Bank Aladin Bengkak 141,12% Jadi Rp 146,41 Miliar per Kuartal III-2022

Terlebih di masa pandemi, bank digital diuntungkan dengan kemampuan mereka menyalurkan kredit bagi segmen unbankable melalui aplikasi maupun kerja sama dengan ekosistemnya. Meski mengapresiasi kinerja bank digital, Wawan melihat pencapaian itu secara nominal masih relatif kecil. 

“Sekelas ARTO dengan kapitalisasi sekitar Rp 70,57 triliun, tapi laba bersih hanya Rp 40 miliar itu kan masih kecil sekali. Dulu sempat valuasinya Rp 200 triliun itu sekelas BBNI, dengan perbandingan aset yang sangat kontras,” ujar Wawan kepada Kontan.

Ia melihat, ini akan membuat harga saham bank digital akan terus mendekati nilai wajarnya. Sebab, sentimen harapan untuk bertumbuh sudah lewat karena tren kenaikan suku bunga maka pendanaan akan makin mahal. 

Ditambah lagi, guna mengoptimalkan pendapatan, bank digital akan fokus memacu kredit. Maka mereka harus menyiapkan pencadangan yang membutuhkan modal. 

“Namun, saya cukup gembira dengan kinerja ini, paling tidak model bisnis yang dijanjikan berjalan. Berbeda dengan ecommerce yang valuasinya besar sekali masih rugi. Kalau ini (bank digital) valuasi besar tapi sudah untung,” tambahnya. 

Sehingga saat ini tugas bank digital harus mampu mengembangkan bisnis dan perluas layanan dan jangkauan nasabah. Nico berpendapat tren kenaikan suku bunga malah akan menguntungkan bank digital.

Berkaca pada sejarah, saat tren suku bunga yang terjadi di 2013 hingga 2015 dan 2018 hingga 2019, justru emiten dari sektor keuangan malah menguntungkan. Sebab, saat suku bunga naik diiringi kenaikan ekonomi karena kredit tetap tumbuh. 

Baca Juga: Laba Bank Raya Indonesia (AGRO) Anjlok Jadi Rp 32,47 Miliar di Kuartal III 2022

Wawan menekankan bank digital harus mampu terus membuktikan tren pertumbuhan dan laba. Sebab, ketika tidak tercapai maka harus bersiap untuk kembali menurun seperti dalam beberapa waktu terakhir. 

“Memang prospek bank digital menarik, namun bagi investor yang mau masuk ke bank digital, harus memastikan bisnis bagus dan likuiditas memadai. Selain itu harus memastikan fundamentalnya, apakah sudah profit. Sebab, saat ini harga sahamnya bergantung pada proyeksi pertumbuhannya,” tuturnya. 

Lantaran harga saham bank digital terbilang sangat mahal seperti ARTO dengan PER mencapai 1.306 kali dan PBV di level 8,53 kali. Padahal BBCA yang menjadi emiten bank besar termahal hanya memiliki PER 28,10 kali dan PBV 5,12 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×