Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) alias Tugu Insurance mencatatkan kinerja positif hingga sembilan bulan pertama tahun ini. Premi bruto TUGU tercatat tumbuh 26% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp 6,9 triliun hingga kuartal III-2024.
Sementara untuk pendapatan premi neto perseroan yakni premi bruto yang telah dikurangkan dengan premi reasuransi dan perubahan cadangan premi tumbuh 20% menjadi Rp 2,8 triliun.
Pendapatan underwriting TUGU yang merupakan pendapatan premi neto setelah dipotong dengan beban komisi neto tumbuh 17% YoY menjadi Rp 2,3 triliun. Di tengah pertumbuhan double digit dari sisi pendapatan underwriting, beban underwriting TUGU hanya tumbuh 9% YoY sehingga membuat hasil underwriting TUGU naik 39% YoY menjadi Rp 725 miliar.
Pengamat pasar modal Yazid Muammar menyebut, di antara peers dengan model bisnis yang serupa di sektor asuransi umum, hasil underwriting TUGU tumbuh paling tinggi karena rata-rata peers hanya naik 14%.
Baca Juga: Zurich Syariah&PP Muhammadiyah Teken MoU guna PemberdayaanMasyarakat Berbasis Syariah
Selain itu pertumbuhan premi bruto, neto dan underwriting TUGU yang dobel digit juga melampaui industri yang single digit growth.
Ia menilai bahwa kenaikan hasil underwriting TUGU dikarenakan perseroan mampu menggenjot pertumbuhan premi terutama dari sisi segmen kebakaran dan properti serta menurunkan rasio klaim atau yang dikenal dengan loss ratio.
Pada segmen ini TUGU tidak hanya mengandalkan produksi premi dari sinergi bisnis di lingkungan Pertamina Group, tapi juga perolehan baik secara direct ataupun konsorsium asuransi BUMN Group lainnya & Non BUMN.
Yazid bilang, segmen asuransi umum di Indonesia dengan kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi properti, kredit dan kendaraan bermotor.
"Untuk asuransi kebakaran dan properti, TUGU naik signifikan yang menunjukkan peningkatan pangsa pasar dan juga mencerminkan bahwa TUGU mampu mengambil peran yang strategis,” tambah Yazid.
Selain dari sisi pertumbuhan premi, Yazid juga melihat bahwa faktor yang mendongkrak profitabilitas TUGU adalah kemampuannya mengelola risiko. Dari sisi risiko, TUGU mampu menurunkan rasio klaim menjadi 56% per September 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 62%.
Sementara itu, harga saham TUGU sepanjang pekan lalu mengalami koreksi 0,4%. Namun pelemahan ini masih lebih baik dibandingkan dengan sektor keuangan yang melemah hampir 2% dan IHSG yang anjlok sampai 2,5%.
Adapun hingga pekan ke-45 tahun 2024, saham TUGU masih dibeli bersih oleh asing dengan total net buy senilai Rp 62 miliar.
Yazid menambahkan secara valuasi saham TUGU undervalue karena diperdagangkan di angka P/B rasio 0,40% dan P/E rasio 5Xan sehingga sahamnya masih layak dikoleksi.
Selanjutnya: BNI Terus Bernovasi dalam Melayani Diaspora di Hong Kong
Menarik Dibaca: Bagaimana Cara Dapat Black Card? Ketahui Dulu Sejarah dan Syaratnya di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News